Just In Time
MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN
JUST IN TIME
OLEH:
KELOMPOK 3
Alamat
Blog
dwikarahmatillah.blogspot.com
DEFRI ANTONI 1630402023
DWIKA RAHMATILLAH 1630402028
ELFI OFDILA 1630402030
FITRIANI BUSTAMAM 1630402040
FETRA RAHMA AYU 1630402035
HALIMAH RAHMADHANI 1630402042
DOSEN:
MEGA
RAHMI, S.E.Sy, M.Si
JURUSAN EKONOMI SYARIAH/ AKUNTANSI
SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Just In Time”
Dalam
pembuatan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada dosen embimbing dalam mata
kuliah Akuntansi Manajemen beserta teman.
Kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
semua pihak yang membacanya terutama dalam hal pembelajaran. Kami menyadari makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini dimasa yang akan datang
Akhir
kata, kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam kata pengantar ini. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiin.
Batusangkar,
26 Maret 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Persaingan
di antara perusahaan-perusahaan akan membawa keuntungan bagi konsumen karena
persaingan yang semakin intensif akan mendorong perusahaan utnuk menghasilkan
produk dengan harga yang lebih rendah, kualitas menjadi lebih tinggi, dan
semakin banyak pilihan. Selain itu, perkembangan teknologi informasi seperti
internet, e-commerce, dll membuat konsumen lebih mudah melakukan akses terhadap
kualitas produk dan jasa yang akan mereka beli. Tentu saja produk dan jasa yag
akan mereka beli adalah produk dengan kualitas terbaik dan harga yang relatif
murah. Dengan demikian perusahaan yang mampu eksis didunia bisnis adalah
perusahaan yang dapat menghasilkan produk-produk tersebut. Untuk menghadapi
masalah tersebut, manajer harus mengetahui apa yang diinginkan konsumen dan
kapan mereka memerlukannya. Perusahaan harus mampu menciptakan suatu sistem
yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan dengan
mengeliminasi setiap pemborosan yang ada. Salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh perusahaan untuk mewujudkan kondisi ini adalah dengan menerapka sistem
pengendalian persediaan dan produksi Just
In Time. Sekarang, Sistem Just In
Time bukan hanya sekedar wacana saja tetapi telah dapat diimplementasikan
di beberapa perusahaan baik diperusahaan luar negeri maupun perusahaan dalam
negeri.
B. Rumusan
Masalah
1. Konsep
Just In Time
2.
Implikasi Just In Time
3.
Elemen penting Sistem Just In Time
A.
Konsep JIT
Secara
tradisional, perusahaan memiliki jumlah persediaan yang cukup banyak dengan
harapan kegiatan perusahaan dapat dijalankan dengan lancer, meskipun cara ini
mengandung konsekuensi ketidakefisienan, karena perusahaan harus menanamkan
dananya dalam jumlah besar ke dalam persediaan. Terjaminnya kelancaran
operasional perusahaan karena tersedianya persediaan dalam jumlah cukup, disisi
lain juga membutuhkan biaya.
Dalam
kondisi ideal,sebuah perusahaan yang menggunakan sisten JIT hanya membeli bahan
baku untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pada hari itu juga. Pada akhir proses
produksi, perusahaan juga tidak akan memiliki produk dalam proses, dan barang
yang telah selesai diproduksi, akan sesegera mungkin dikirim kepada konsumen.
Jadi perusahaan sama sekali tidak memiliki persediaan bahan baku, produk dalam
proses, dan produk jadi. Urutan- urutan inilah yang disebut dengan istilah just in time, yang berarti bahwa bahan
baku diterima just in time diteruskan
ke proses produksi dan produksi dilakukan jus-in-time,
dan ketika produk selesai just-in-time
dikirim kepada pelanggan.
Meskipun
beberapa perusahaan berhasil menerapkan pendekatan JIT ini secara ideal, namun
sebagian perusahaan tidak bisa menekan persediaan pada level yang amat minimum.
Meskipun demikian JIT tetap memberikan manfaat yang besar bagi
perusahaan-perusahaan tersebut tersebut yaitu yaitu berupa pengurangan sebagian
besar biaya pemesanan, biaya penyimpanan (penggudangan), dan lebih efektifnya
aktivitas operasi. (penulis: Drs. Krismiaji,Msc,.akt Penerbit:unit penerbit dan percetakan AMP
YKPN tahun: syogyakarta Sep 2002
HAL:8-9)
Manufaktur
JIT (just-in-time manufacturing)
adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permentaan yang membutuhakan barang
untuk ditarik melalui sistem oleh permintaan yang ada, bukan didorong kedalam
sistem pada waktu tertentu berdasarkan permintaan yang diantisipasi. JIT memiliki dua tujuan strategis: untuk
meningkatkan laba dandan untuk memperbaiki posisi bersaing perusahaan. Kedua
tujuan ini dicapai dengan mengendalikan biaya (yang memungkinkan persaingan
harga yang lebih baik dan peningkatan laba), memperbaiki kinerja pengiriman,
dan meningkatkan kualitas.
Sistem
JIT manawarkan peningkatan efisiensi biaya dan secara simultan mempunyai
fleksibelitas untuk merespon permintaan pelanggan akan kualitas yang lebih baik
serta variasi yang lebih banyak. Produk dengan pembelian dengan sistem JIT
mewakili usaha terus-menerus dalam mengejar produktifitas melalui penghapusan
pemborosan. Jelas sekali, JIT lebih dari sekedar sistem managemen persediaan.
Namun persediaan terutama dipandang sebagai pemborosan. (penerbit: salemba
4 penulis: Hansen,Maryanne M.mowen judul:managemen accounting th: jkt 2005 hal:477-478)
B.
Konsep Dasar dan Tujuan
Esensil JIT
JIT memiliki tiga macam
kerangka perspektif, yaitu pendekatan filosofis JIT terhadap produksi, teknik
pendesainan dan perencanaan sistem pabrikasi JIT, dan teknik pengendalian
lantai perakitan dengan JIT. Pengendalian aktivitas pengerjaan, perakitan atau
pengolahan di lantai pabrik dalam sistem JIT sangat transparan karena kendali
arus material atau komponen dan pekerjaan dikendalikan dengan kanban. Kanban
akan mengendalikan arus material (komponen dan subkomponen) sehingga material
tiba di tempat yang sesuai dalam jumlah yang benar dan sesuai, serta tepat pada
waktu yang ditentukan sebelumnya. Sehubungan dengan itu, pengerjaan dapat
berlangsung sesuai jadwal.
Untuk menunjang
pelaksanaan pengerjaan yang lancar, tepat jumlah, tepat mutu, dan tepat waktu,
maka sistem manufaktur dirancang dan didesain sedemikian rupa sehingga
memungkinkan menerapkan JIT di pabrik tersebut. Untuk keperluan itu, didesain
produk dan tata letak pabrik disinkronkan. Penataan disesuaikan dengan
visibilitas untuk menerapkan kanban di pabrik yang bersangkutan. Filosofi JIT
merupakan sesuatu yang sering kurang diperhatikan, tetapi perannya sangat
menentukan keberhasilan aplikasi JIT. Filosofi JIT menetapkan berbagai gagasan
dan strategi mendasar dari JIT, terutama yang berhubungan dengan kelayakan
menerapkan sistem kanban dalam pelaksanaan produksi.
Kebanyakan perusahaan
menggunakan sistem persediaan terbaik yang sesuai untuk perusahaan mereka. Sistem
persediaan Just In Time (JIT) mempunyai beberapa manfaat. Manfaat JIT
yang utama sebagai berikut:
1.
Waktu penyiapan (set up) diperpendek secara signifikan didalam
gudang. Kurangilah waktu penyiapan agar lebih produktif yang akan memungkinkan
perusahaan meningkatkan efisiensi, dan waktu yang dihemat dapat dimanfaatkan
pada bidang lain yang memerlukan peningkatan.
2.
Kelancaran arus bahan atau komponen dari gudang ke rak perakitan
ditingkatkan. Setelah karyawan memusat pada area spesifik dari sistem, akan
memungkinkan mereka untuk memproses pengerjaan barang dengan lebih cepat
sebagai ganti dari mempunyai pekerjaan yang banyak, melelahkan, dan
menyederhanakan tugas yang ada.
3.
Karyawan yang memiliki banyak keahlian, dapat digunakan secara lebih
efisien. Setelah karyawan terlatih atau terdidik bekerja pada bagian yang
berbeda dalam sistem siklus sediaan, akan memungkinkan perusahaan untuk
menggunakan pekerja ketika mereka diperlukan dan pada saat terjadi kekurangan
pekerja, serta permintaan untuk produk tertentu meningkat.
4.
Konsistensi yang lebih baik terhadap penjadwalan dan konsistensi penggunaan
jam orang terhadap karyawan. Jika tidak ada permintaan atas suatu produk pada
waktu tertentu maka pekerja tidak perlu dibebani pekerjaan. Hal itu dapat
menyelamatkan uang perusahaan karena tidak perlu membayar pekerja untuk
pekerjaan yang belum diselesaikan dan memungkinkan mereka diarahkan pada
pekerjaan lain.
5.
Penekanan peningkatan hubungan dengan pembekal. Tidak ada perusahaan yang
ingin terjadi kekurangan atas sediaan. Tidak ada perusahaan yang ingin
kekurangan atas sistem persediaan mereka dan akan menciptakan kekurangan
persediaan yang dimiliki didalam rak penyimpanan. Jika perusahaan memiliki
seorang pembekal kepercayaan maka perusahaan dimungkinkan mendapat
barang-barang atau komponen yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan
perusahaan dan memelihara nama baik perusahaan di depan orang banyak
(masyarakat).
6.
Pembekal melanjutkan pemeliharaan terhadap karyawan yang produktif selama
24 jam penuh dan kegiatan dipustkan atas keluar masuknya karyawan. Setelah
manajemen memusatkan perhatian pada batas waktu pertemuan, akan membuat
karyawan bekerja keras untuk memenuhi perwujudan sasaran persahaan dalam kaitan
dengan keputusan kerja, promosi, atau bahkan upah yang lebih tinggi. (Haming, 2014, hal. 306-309)
C. Implikasi Just In Time
1. JIT sederhana dalam teori, namun sangat sulit diwujudkan terutama dalam
manufaktur.
2. Salah satu alasan utama banyak perusahaan enggan menerapkan JIT adalah
dengan ketiadaan barang dalam proses, disertai kekhawatiran seluruh proses
produksi akan terhenti bilamana suatu masalah muncul pada salah satu rantai
proses produksi.
3. Perusahaan yang hendak menerapkan JIT hendaknya terlebih dahulu
menghilangkan seluruh hal yang berpotensi menjadi penyebab kegagalan sistem
antara lain dengan cara:
a. Mendesain kembali proses produksi sehingga tidak menimbulkan biaya tinggi
bila hendak memproduksi satu atau sejumlah kecil item produk pada saat
tertentu.
b. Alternatif yang biasa dilakukan untuk mengurangi biaya adalah dengan
memperpendek jarak antar proses, memperkerjakan pegawai yang memiliki kemampuan
beradaptasi dengan tuntutan tugas baru dan menggunakan peralatan yang serba
guna.
4. Inti utama dari sistem JIT adalah para pegawai yang sangat terlatih dan
senantiasa mampu memenuhi tuntutan untuk mencapai standar kualitas produk
barang/jasa tertinggi.
5. Bilamana seorang pekerja menjumpai masalah pada komponen produk yang
diterimanya, maka pekerja yang bersangkutan berkewajiban untuk segera
melaporkan hal tersebut pada atasannya agar segera dapat diambil tindakan yang
diperlukan.
6. Para pemasok dituntut agar mampu memproduksi sekaligus mengirimkan produk
yang bebas cacat (free defect) kapan saja diperlukan.
7.
Implikasi JIT pada sistem akuntansi manajemen:
a. Bagian akuntansi manajemen wajib mendukung peralihan dari sistem
konvensional menuju sistem JIT dengan cara melakukan pemantauan, identifikasi
dan komunikasi pada para pengambil keputusan mengenai asal-muasal/sumber
penundaan (delay), kesalahan (error) dan pemborosan (waste).
b. Kegiatan klerikal akuntansi manajemen menjadi lebih J\sederhana, karena berkurangnya mutasi persediaan yang harus dipantau.
8. Untuk mengukur tingkat reabilitas sistem JIT memanfaatkan ukuran berikut
ini sebagai patok duga (bench mark) efektivitas siklus manufaktur,
antara lain:
a.
Defect Rate
b.
Cycle Time
c.
Prosentasi ketetapan waktu pengiriman produ pada pelanggan
d.
Akurasi perintah produksi/ pengadaan bahan
e.
Perbandingan antara produksi aktual dengan rencana produksi
f. Perbandigan antara jam mesin aktual dengan jam mesin yang tersedia
9. Rasio produktivitas konvensional berkenaan dengan tenaga kerja dan mesin
kerap tidak konsisten dengan filosofi JIT.
10. Inovasi manajemen,
termasuk JIT memerlukan perubahan kultur organisasi secara keseluruhan,
contohnya:
a. JIT dapat mengubah irama kerja dan disiplin kerja organisasi secara
keseluruhan.
b. Perombakan tata letak pabrik (plan lay out) untuk membentuk shop,
sangat mungkin memerlukan renovasi besar-besaran yang haus diperhitungkan
sebagai investasi.
11. Karena ide dasar JIT
adalah minimalisasi pemborosan sekaligus keseragaman alur kerja, menyebabkan
banyak pekerja yang tidak siap dengan perubahan tersebut. Karenanya sosialisasi
penerapan JIT harus dilakukan jauh sebelum hari-H.
12. JIT sangat menekankan
kerja sama tim, maka kerap dijumpai pekerja yang mengalami stress, terutama
mereka yang berasal dari lingkungan kerja yang selama ini terisolasi atau
mereka yang memiliki kepribadian yang tidak tearn orinted. (Witjaksono, 2013, hal. 227-228)
C. Elemen
Penting Sistem Just In Time
Untuk menjamin keberhasilan dalam penerapan sistem Just In Time ini
dibutuhkan adanya kerja sama dari beberapa elemen penting. Elemen-elemen
tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Flexible Resources
Karyawan dalam lingkungan Just
In Time harus memiliki kemampuan ganda dan fleksibel. Karyawan diharapkan
dapat mengoperasikan seluruh peralatan dan mesin dalam jalur produksi. Selain
itu, mereka juga diharapkan mampu untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan
kecil alat-alat yang menjadi tanggung jawabnya.
2.
Cellular Layout
Dalam sistem Just In
Time, mesin-mesin diatur sedemikian rupa menyerupai setengah lingkaran atau
ditata dengan pola selular untuk tujuan efisiensi sehingga dapat mengurangi
berbagai pemborosan. Setiap sel dirancang untuk memproduksi satu produk
tertentu. Produk dipindahkan dari satu mesin ke mesin lainnya dari awal hingga
akhir. Setiap sel merupakan miniatur pabrik secara keseluruhan.
3.
Pull System
Dalam pull system,
proses produksi akan ditentukan oleh adanya permintaan dari onsumen. Ketika
permintaan konsumen masuk, bagian akhir dari perakitan akan memberikan tanda ke
bagian sebelumnya untuk mengirimkan sejumlah partisi atau bahan yang dibutuhkan
pada bagian tersebut. Demikian seterusnya, bagian di belakangnya akan
mengirimkan tanda ke bagian yang ada di belakangnya lagi untuk mengirimkan
barang setengah jadi sesuai dengan kebutuhan.
4.
Quick Set up
Set up merupakan aktivitas yang terdiri
dari menyiapkan bahan, mengubah setting mesin, mempersiapkan peralatan,
dan melakukan pengujian. Dalam sistem Just In Time, set up yang
berulang-ulang tidak diperlukan lagi karena mesin telah dirancang untuk satu
jenis produk.
5.
Small-lot Production
Perusahaan yang menerapkan
sistem Just In Time hanya akan berproduksi sesuai dengan permintaan
konsumen. Tidak seperti yang dilakukan dalam sistem tradisional yang menerapkan
sistem mass production. Produksi dalam jumlah yang kecil ini dimaksudkan
untuk mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu seperti biaya gudang, biaya
pemeliharaan barang, dan lain-lain.
6.
Quality at The Source
Barang cacat dapat
menimbulkan masalah besar dalam lingkungan Just In Time. Jika sejumlah
unit produk jadi yang dihasilkan mengandung produk cacat, perusahaan tidak
dapat mengirimkan sejumlah barang yang diminta oleh konsumen dan perusahaan
harus mengulang kembali proses produksi hanya untuk membuat pengganti produk
yang cacat saja. Kondisi ini akan menimbulkan adanya penundaan dalam pengiriman
barang kepada konsumen dan menimbulkan kekecewaan konsumen. Jadi, dalam
lingkungan Just In Time kualitas merupakan elemen yang sangat penting
disamping elemen yang lain.
7.
Supplier Network
Just In Time sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan
pembeli. Pemasok diharapkan mampu mengirim barang dalam frekuensi yang lebih
banyak dengan jumlah yang lebih kecil. Kedua belah pihak dituntut untuk dapat
bekerja sama guna mencapai keberhasilan bersama di masa mendatang.
Sistem Just In Time telah diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang
ada di dunia, seperti Toyota Motor Company di Jepang yang merupakan
negara pencetus dari ide ini, Dell Computer, Intel, Mc. Donald, Black and
Decker, Goodyear, dan lain-lain. Sistem ini tidak hanya bisa diterapkan di
perusahaan manufaktur saja, tetapi juga dapat diterapkan di jenis perusahaan
lainnya, seperti perusahaan dagang maupun jasa. Di Indonesia. Ada beberapa
perusahaan yang telah mencoba untuk menerapkan sistem Just In Time,
seperti PT Astra Daihatsu Motor, PT Triangle Motor, PT Ardi Indah, dan
lain-lain. Diantara perusahaan-perusahaan tersebut, ada beberapa perusahaan
yang telah berhasil menerapkan sistem ini, seperti PT Astra Daihatsu Motor,
perusahaan ini telah berhasil meningkatkan kualitas produknya, mengurangi
biaya, dan meningkatkan partisipasi dari pekerja-pekerjanya. Bagi
perusahaan-perusahaan di Indonesia, sistem ini merupakan suatu hal yang baru
karena hanya beberapa perusahaan yang mampu menerapkannya dengan baik. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan sistem ini sulit untuk diterapkan di
Indonesia, seperti ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, dan yang paling
penting adalah masalah dana. (Agustina, 2007,
hal. 139-141)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas,
menekankan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan
menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga
perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai
kehendak konsumen tepat waktu. Untuk mencapai sasaran dari sistem ini,
perusahaan memproduksinya hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan, sehingga dapat
mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan kemungkinan kerusakan atau
kerugian akibat menimbun barang. Tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan
pemborosan dan konsisten dalam meningkatkan produktivitas. JIT pada dasarnya
berusaha menghilangkan semua biaya (pemborosan) yang tidak memberikan nilai
tambah terhadap produk yang dihasilkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Agustina, Y. (2007). Analisa Penerapan Sistem Just
In Time Untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas Pada Perusahaan
Industri. Jurnal Akuntansi & Keuangan , 139-141.
Witjaksono, A. (2013). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Haming, M. (2014). Manajemen Produksi Modern
Operasi Manufaktur dan Jasa Buku 2. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Hansen dan Mowen. 2005. Manajemen Accounting. Jakarta : Selemba Empat
Komentar
Posting Komentar