Mini Riset PT GUDANG GARAM Tbk
TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN
MINI RISET
BALANCE SCORECARD
OLEH
DWIKA RAHMATILLAH : 1630402028
DESEN : MEGA RAHMI
S.E.Sy, M.Si
JURUSAN EKONOMI SYARIAH/AKUNTANSI
SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebelum
tahun 1992, pada umumnya organisasi-organisasi yang ada di dunia ini memiliki
misi menghasilkan Laba usaha sebanyak-banyaknya dengan terus melakukan produksi
secara terus menerus tanpa memperhatikan produk yang dihasilkan, atau bagaimana
reaksi konsumen terhadap produk tersebut, atau bisa juga apakah produk tersebut
bisa bersaing di pasar global atau tidak.
Sistem
manajemen yang dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan pada saat itu lebih
memfokuskan pada kinerja keuangan yang diukur secara periodik dimana
indikator-indikator yang terpenting adalah biaya-biaya yang dikerluarkan. Tidak
menutup kemungkinan juga bahwa pada era globalisasi saat ini sistem manajemen
yang digunakan juga masih memfokuskan diri dalam menghasilkan laba
sebanyak-banyaknya.
Pada
era globalisasi saat ini perkembangan bisnis meningkat tajam. Peluang bisnis
muncul dari berbagai sektor, termasuk sektor jasa yang dapat memperluas
kesempatan kerja. Disini perusahaan dituntut untuk lebih meningkatkan
kinerjanya agar dapat bersaing dalam pasar global. Kunci utama dalam persaingan
global adalah kualitas total yang menekankan pada kualitas produk, kualitas
biaya atau harga, kualitas pelayanan, kualitas penyerahan tepat waktu, kualitas
estetika dan bentuk-bentuk kualitas lain yang terus berkembang guna
memberikan kepuasan terus menerus kepada
pelanggan agar tercipta pelanggan yang loyal. (Hansen dan Mowen, 1999)
Dalam
mencapai suatu keberhasilan sebuah organisasi, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan. Salah satunya adalah penilaian dan pengukuran kinerja pada
organisasi bisnis. Pengukuran kinerja perusahaan yang terlalu ditekankan pada
sudut pandang finansial sering menghilangkan sudut pandang lain yang tentu saja
tidak kalah pentingnya. Seperti pengukuran kepuasan pelanggan dan proses
adaptasi dalam suatu perubahan sehingga dalam suatu pengukuran kinerja,
diperlukan suatu keseimbangan antara pengukuran kinerja finansial dan
pengukuran kinerja non finansial. Keseimbangan antara pengukuran kinerja
finasial dan non finansial ini akan dapat membantu perusahaan dalam mengetahui
dan mengevaluasi kinerjanya secara keseluruhan.
Dalam
pengukuran kinerja finansial, hanya menitik beratkan pada ukuran keuangan.
Ukuran keuangan saja tidak dapat memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan
perusahaan karena bersifat perkiraan dan cenderung suatu hal yang sudah
terjadi. Sedangkan dalam pengukuran kinerja non finansial, menitik beratkan
pada pelanggan, bisnis internal, pertumbuhan dan pengembangan. Disini sesuai
dengan salah satu misi dari PT Gudang Garam Tbk adalah karyawan merupakan mitra
usaha yang utama.
Untuk
mengatasi keterbatasan kinerja tradisional, Robert S. Kaplan dari Harvard
Business School dan David P. Norton yang merupakan Presiden Renaissance
Solution Inc, mengemukakan sistem pengukuran kinerja baru yaitu Balance
Scorecard. Balance Scorecard menerjemahkan visi dan Strategi ke dalam berbagai
tujuan dan ukuran, yang tersusun dalam empat perspektif : finansial, pelanggan,
proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. (Kaplan dan Norton,
2000 : 22). Dengan keempat perspektif yang ada pada Balance Scorecard diharapkan
dari kegiatan karyawan dari tingkat atas sampai dengan tingkat bawah mengetahui
apa misi dan strategi perusahaannya. Karena Balance Scorecard bukan sebagai
pengendali tetapi lebih sebagai sarana komunikasi, informasi dan proses
belajar.
Dalam
bukunya Mulyadi (2007:3) menyatakan, “Balance Scorecard merupakan alat
manajemen kontemporer yang didesain untuk meningkatkan kemampuan perusahaan
dalam melipatgandakan kinerja keuangan luar biasa secara berkesinambungan
(sustainable outstanding financial performance).
Berdasarkan
latar belakang diatas maka penulis tertarik dengan judul “Penerapan Metode
Balance Scorecard : Menerjemahkan Visi dan Strategi menjadi Aksi pada PT Gudang
Garam Tbk dalam Meningkatkan Perusahaan agar dapat bersaing di pasal Global”.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan permasalahan dalam latar belakang, maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Pengaruh
faktor finansial maupun non-finansial dalam meningkatkan agar dapat bersaing
dalam pasar global.
BAB
II
KAJIAN
TEORITIS
A.
Konsep
Balance Scorecard
Balance
scorecard terdiri dari dua kata blanced artinya berimbang dan scorecard artinya
kartu scor pekerjaan atau kartu prestasi kerja orang atau organisasi. Kartu
prestasi kerja dituangkan dalam angka-angka keuangan atau lazim disebut kinerja
keuangan dan dapat dijadikan bahan baku untuk membuat rencana kerja masa depan,
karena ia merupakan data historis. Balanced yang artinya berimbang menjelaskan
bahwa kinerja organisasi harus diukur dari sudut kinerja keuangan dan kinerja
non-keuanganyang meliputi pelanggan, proses bisnis intern, dan pembelajaran dan
pertumbuhan.( Darsono Prawironegoro, 2005: Hal 287)
Balanced
Scorecard merupakan pendekatan strategi menajemen yang dikembangkan oleh Kaplan
( Harvard Business School) dan Norton pada awal tahun 1990.Balanced
Scorecardmenjawab kebutuhan tertsebut melaui sistem manejemen strategi
kontenporer, yang terdiri dari empat perspektif yaitu : keuangan , pelanggan,
proses bisnis internal serta pembelajaran
dan pertumbuhan. Keuangan pendekatan Balanced Scorecarddalam system
perencanaan strategi adalah mampu menghasikan rencana stategis.
Balanced Scorecard telah mengalami evolusi perkembangan
: (1) Balanced Scorecardsebagai
perbaikan atas sitem pengukuran kinerja eksekutif (2) Balanced Scorecard sebagai kerangka perecaanaan strategis (3) Balanced Scorecard sebagai basis system
terpadu pengolahan kinerja personel. Balanced
Scorecard diciptakan oleh Robert S.Kaplan, seorang prpfesor dari havard business school dan Davit
P.Norton dari kantor akutansi public KPMG.
Dari
eksperimen awal Balanced Scorecard
tersebut perusahaan-perusahaan yang ikut serta dalam ekperimen tersebut
memperlihatkan kemampuan berlipat ganda kinerja keuangan mereka. Keberhasilan
ini disadarai sebagai akibat dari pengginaan ukuran kinerja Balanced Scorecard yang komperhesif.
Dengan menggunakan ukuran kinerja non-keuangan , seperti kepuasan pelanggan,
produktifitas dan proses efektif, dan
pembelajaran dan pertumbuhan, eksekutif dipacu untuk memperhatikan dan
melaksanakan usaha-usaha yang merupakan pemacu sesungguhnya.
Menurut
Yuwono mengemukakan bahwa balance scorecard merupakan suatu sistem management,
pengukuran, dan pengendalian yang tepat, cepat, dan komprehensif dapat
memberikan pemehaman kepada manager tentang kinerja bisnis. Model BSC diharapkan
dapat mewujudkan kinerja keuangan perusahaan yang baik dan sustainable.
(Andriyanto, 2010: p. 3)
Empat
pengukuran balance scorecard:
1. Perspektif keuangan
Pengukuran
kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dan siklus kehidupan bisnis,
yaitu:
a. Tahap pertumbuhan (growth)
Tahap awal siklus kehidupan
perusahaan dimana perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik.
b. Tahap bertahan (sustain)
Tahap kedua dimana perusahaan masih
melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian
terbaik.
c. Tahap panen (harvest)
Tahap ketiga dimana perusahaan
benar-benar memanen/ menuai hasil investasi dari tahapan sebelumnya.
2. Perspektif pelaggan
Dalam
perspektif ini, pengukuran dengan lima aspek utama: yaitu pengukuran pangsa
pasar, Customer relation, costumer acquision, customer satisfaction dan
customer profitability.
3. Prespektif proses bisnis internal
Dalam
perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktifitas yang
dilakukan oleh organisasi baik tingkatan manager karyawan untuk menciptakan
suatu produk yang dapat memberikan keputusan tertentu bagi customer dan juga
para pemegang saham.
4. Perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan
Proses
pembelajaran dan pertumbuhan bersumber dari faktor sumber daya manusia , system
dan prosedur organisasi. (Sarjono, 2010 : p. 4)
B.
Sejarah Balance Scorecard
Kaplan
dan Norton mulai tahun 1992 mengembangkan konsep pengukuran kinerja yang
dikenal dengan Balanced Scorecard (BSC) sebagai koreksi atas berbagai
kelemahan ukuran kinerja finansial (Gunawan, 2009).
Konsep
balanced scorecard pertama kali dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan
David P. Norton dalam bukunya yang berjudul Translating Strategy Into Action:
The Balanced Scorecard. Pada awal tahun 2000 balanced scorecard tidak
lagi hanya dimanfaatkan oleh eksekutif untuk mengelola perusahaan, namun juga
dimanfaatkan oleh seluruh personel (manajemen dan karyawan) untuk mengelola
perusahaan. Balanced scorecard memberi kerangka yang jelas bagi seluruh
personel untuk menghasilkan kinerja keuangan melalui perwujudan berbagai
kinerja non keuangan. Penggunaan teknologi informasi telah mendukung
penerapan balanced scorecard untuk dikomunikasikan ke seluruh personel,
sehingga dapat dilakukan koordinasi dalam mewujudkan berbagai sasaran strategik
perusahaan yang telah ditetapkan. Balanced scorecard pada tahun 2006
mulai dikembangkan untuk mengintegrasikan dua metode, yaitu: metode manajemen
strategik berbasis balanced scorecard dan metode pengelolaan kinerja
personel (Mulyadi, 2007:319).
C.
Perkembangan Terkini Implementasi
Balance Scorecard
Manurut
Hansen dan Mowen dalam Devani, Balance Scorecard merupakan sistem manajemen
strategis yang menterjemahkan visi dan strategi suatu organisasi kedalam tujuan
dan ukuran operasional. Menurut Kaplan dan Norton juga dalam Devani tujuan dan
ukuran operasional tersebut kemudian dinyatakan dalam empat perspektif yaitu :
1. keuangan
2. pelanggan
3. Bisnis internal
4. Pembelajaran dan pertumbuhan.
Kaplan dan Norton dalam Deviani
telah memperkenalkan sistem pengukuran kinerja. Balance Scorecard adalah sebuah
sistem pengukuran kinerja yang komprehensif dari berbagai aspek, baik itu dari
segi keuangan dan non keuangan, maupun aset yang tampak serta tak tampak.
Hasil penelitian Burney dan Nancy
yang juga terdapat dalam Deviani menyatakan bahwa ada hubungan yang positif
antara kepuasan kerja seorang pengambil keputusan (manajer) terhadap strategi
perusahaan yang diterapkan. Penggunaan Balance Scorecard sebagai alat pemetaan
strategi sangat berpengaruh pada kinerja seorang manajer. Pekerjaan mereka
menjadi lebih terarah dan fokus, hal ini sangat berperan terhadap tercapainya
tujuan jangka panjang perusahaan.
McCool menyatakan dalam Firdaus
bahwa “Implementansi Balance Scorecard dalam 3 sampai 4 tahun telah
memungkinkan perusahaan menghasilkan ratusan juta dollar pada arus kas yang
positif. Balance Scored telah menjadi penyumbang utama. Itu membantu kami untuk
memfokuskan inisiatif-inisiatif kami dan mempertahankan mereka agar sesuai
dengan tujuan-tujuan strategis kami. Itu menjadi alat komunikasi yang hebat
untuk menceritakan sejarah perjalanan bisnis, juga merupkan alat pembelajaran
yang ampuh. Saya ingin orang-orang menggunakan scorecard untuk memfokuskan
perhatian pada kesempatan besar untuk pertumbuhan.
D.
Keunggulan Balanced Scorecard (BSC)
Empat
keunggulan yang diperoleh perusahaan dengan menerapkan balanced scorecard
adalah komprehensif, koheren, seimbang, dan terukur.
1. Komprehensif ( comprehensive)
Sebelum
konsep balanced scorecard lahir, perusahaan beranggapan bahwa
perspektif keuangan adalah perspektif yang paling tepat untuk mengukur kinerja
perusahaan. Setelah balanced scorecard berhasil diterapkan, para
eksekutif perusahaan baru menyadari bahwa perspektif keuangan sesungguhnya
merupakan hasil dari tiga perspektif lainnya, yaitu pelanggan, proses bisnis,
serta pembelajaran dan pertumbuhan. Pengukuran yang lebih holistik, luas, dan
menyeluruh (komprehensif) ini berdampak pada perusahaan untuk lebih bijak dalam
memilih strategi perusahaan dan memberikan kemampuan bagi perusahaan itu untuk
memasuki area bisnis yang lebih kompleks.
2. Koheren (coherence)
Di
dalam balanced scorecard ada istilah hubungan sebab akibat (causal
relationship). Setiap perspektif (keuangan, customer, proses bisnis,
dan pembelajaran-pertumbuhan) mempunyai tujuan atau sasaran strategis (strategic
objective). Tujuan atau sasaran strategis ini merupakan keadaan atau
kondisi yang akan diwujudkan di masa yang akan datang yang merupakan penjabaran
dari tujuan perusahaan. Tujuan atau sasaran strategis untuk setiap perspektif
harus dapat dijelaskan dengan hubungan sebab akibat. Misalnya pertumbuhan Return
on Investment (ROI) ditentukan oleh meningkatnya kualitas pelayanan kepada customer,
pelayanan kepada customer bisa ditingkatkan karena perusahaan menerapkan
teknologi informasi yang tepat guna dan keberhasilan penerapan teknologi
informasi ini didukung oleh kompetensi dan komitmen dari karyawan. Hubungan
sebab akibat ini disebut koheren.
3. Seimbang (balanced)
Keseimbangan
sasaran strategis yang dihasilkan dalam empat perspektif meliputi sasaran
jangka pendek dan sasaran panjang yang berfokus pada faktor internal dan
eksternal. Keseimbangan dalam balanced scorecard juga tercermin dengan
selarasnya scorecard karyawan dengan scorecard perusahaan
sehingga sehingga setiap personal yang ada di dalam perusahaan bertanggung
jawab memajukan perusahaan.
4. Terukur (measured)
Dasar
pemikiran bahwa setiap perspektif dapat diukur adalah adanya keyakinan bahwa ‘if
we can measure it, we can manage it, if we can manage it, we can achieve it’
artinya ketika perusahaan dapat mengukur sesuatu, perusahaan dapat mengelolanya
dan jika perusahaan dapat mengelola sesuatu, perusahaan dapat mencapai tujuan
yang diharapkan. Sasaran strategis yang sulit diukur seperti pada perspektif customer,
proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan, melalui balanced
scorecard dapat dikelola karena setiap perspektif dapat ditentukan ukuran
yang tepat.
Dalam
dua puluh tahun terakhir, Balanced Scorecar pengukuran kinerja efektif.
Dalam dekade terakhir, BSC secara bertahap terhubung dengan tujuan manajemen
strategis dan pengendalian kinerja. Namun, para ahli masih tidak pasti tentang
hubungan sebab akibat antara BSC dan peningkatan prestasi tujuan atau sasaran
strategis dan kinerja.
Setelah
mempelajari konsep dan keunggulan balanced scorecard serta evolusi
konsep atau pemikiran BSC, selanjutnya akan diuraikan secara terperinci
tiapa-tiap perspektif yang dimulai dengan perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perpektif proses bisnis
internal, dan perpektif pertumbuhan dan pembelajaran.
1. Perspektif
Keuangan
Kebanyakan
bisnis di dunia berorientasi pada perspektif keuangan seperti orientasi pada
laba bersih (net income), arus kas dan memaksimalkan nilai pemegang
saham (shareholders’ value). Fakta ini menunjukkan bahwa balnced
scorecard tidak akan lengkap tanpa mempertimbangkan profitabilitas pemegang
saham. Di setiap organisasi juga membutuhkan keuangan atau keuangan karena
untuk dapat memberikan fasilitas pelayanan, memenangkan pemilu, atau memadamkan
api tentu membutuhkan uang. Meskipun organisasi-organisasi tersebut tidak
berorientasi pada mencari keuntungan dalam hal membeli dan menjual produk,
tetapi tetap saja membutuhkan dana untuk mencapai tujuan mulia mereka. Di sini
dapat disimpulkan bahwa perspektif keuangan berlaku untuk setiap organisasi
tidak memandang apakah entitas tersebut dibentuk dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan atau tidak.
2. Perspektif
Pelanggan
Pelanggan
(customer) merupakan pihak yang secara aktual memberikan pendapatan
penjualan kepada perusahaan. Pada konsep
balanced scorecard, perspektif ini dianggap penting dan krusial bagi
strategi perusahaan. Pelanggan yang menyukai bisnis yang dijalankan perusahaan
dan senantiasa membeli produk perusahaan merupakan kunci bagi pendapatan
penjualan dimasa depan. Karena asosiasi yang langsung antara pelanggan dan
penjualan, maka sebagai konsekuensinya perusahaan hendaknya menjaga dan
memperhatikan pelanggan sebagaimana perusahaan memperhatikan keuntungan mereka.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam
perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan, baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan
produk yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi customer dan para
pemegang saham. Dalam perspektif ini, perusahaan berfokus pada tiga proses
bisnis utama, yaitu:
a. Proses Inovasi
Dalam
proses penciptaan nilai tambah bagi customer, proses inovasi merupakan
salah satu proses yang penting. Efisiensi dan efektivitas serta ketetapan waktu
dari proses inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses
penciptaan nilai tambah (value added) bagi customer. Secara grafis besar
proses inovasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Pengukuran terhadap proses
inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan, (2) Pengukuran terhadap
proses pengembangan produk.
b. Proses Operasi
Proses
operasi yang dilakukan oleh tiap-tiap organisasi bisnis lebih menitikberatkan
pada efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu barang dan jasa yang
diberikan kepada customer.
Untuk memilih ukuran kinerja dalam
perspektif bisnis internal, manajer harus berpikir dan menyusun strategi
tentang aspek-aspek operasi mereka yang paling penting bagi keberhasilan
mereka. Sebagai contoh, sebuah restoran makanan cepat saji mungkin akan fokus
pada seberapa cepat dapat membuat dan menjual produk makanan yang berbeda atau
meminimalkan pembusukan.
4. Perspektif
Pertumbuhan dan Pembelajaran
Setiap
perusahaan atau organisasi mempunyai banyak hubungan dengan para stakeholder-nya
seperti pemasok, pelanggan, dan kreditur. Hubungan tersebut tidaklah bersifat
statis tetapi senantiasa dinamis atau berubah seiring dengan perubahan
lingkungan eksternal. Oleh karena itu, kemampuan karyawan untuk belajar,
tumbuh, mengantisipasi perubahan, dan bereaksi terhadap lingkungan eksternal
benar-benar penting bagi keberhasilan perusahaan. Karyawan yang termotivasi dan
terlatih mengetahui apa yang terjadi dan cara mengantisipasi perubahan
tersebut.
Perspektif
ini dalam Balnced Scorecard dinamakan dengan perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran. Kaplan (1996) mengungkapkan betapa pentingnya organisasi bisnis
untuk terus memperhatikan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan, dan
meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya tingkat
pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk
berpartisipasi dalam pencapaian ukuran ketiga perspektif di atas dan tujuan
perusahaan.
E.
Manfaat
Balance Scorecard
Balance Scorecard
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memungkinkan
perusahaan untuk terus memantau hasil-hasil dalam bidang keuangan yang
dicapainya, dengan tetap memantau perkembangan dalam membangun keunggulan
kompetitif dan meningkatkan nailai aktiva tak berwujud yang dibutuhkan bagi
mansa depan perusahaan.
2. Menjaga
agar tidak timbul pandangan yang sempit atas kinerja perusahaan yang akan
terjadi hanya digunakan tolak ukur tunggal dalam memotovasi dan mengevaluasi
kinerja unit bisnis.
3. Menerjemahkan
sebuah visi menjadi tema-tema kunci strategis yang dapat dikomunikasian dan
dilaknaskan oleh seluruh anggota organisasi.
F.
Tujuan Balance Scorecard
Balance Scorecard
memiliki tujuan, yaitu :
1. Dalam mengkomunikasikan strategi, Balance Scorecard
(BSC) memberikan inspirasi kepada pegawai untuk melihat jauh ke depan dan
membangun kemampuan pembelajaran strategis.
2. Balance Scorecard (BSC) mengadopsi peran sebagai
performance control tool.
Scorecard dari ukuran dan tathet dengan dukungan
system, dibuat untuk mendukung sasaran strategis serta menjaga satuan kerja dan
pegawai agar tetap berfokus pada pelaksanaan strategi. Untuk itu, perlu
dibangun sebuah peta strategi yang menghubungkan sasaran strategis dan harapan
para pemangku kepentingan eksternal dan internal perusahaan. (Aulia Pohan, 2010 :25)
G.
Faktor Yang Memacu Perusahaan
Mengimplementasikan Blanced Scorecard
Dengan Balanced Scorecard para
manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan
penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan
masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur
apa yang telah diinvestasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem
dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama
dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam intangible assets seperti
merk dan loyalitas pelanggan.
Untuk
mengimplementasikan balanced scorecard dengan sukses diperlukan
kepemimpinan dan komitmen dari manajemen puncak. Di Chipset, tim membuat balanced
Scorecard (diketuai oleh wakil presiden rencana strategis) melalui
wawancara dengan manajer senior bagian eksekutif mengenai pelanggan, pesaing
dan pengembangan teknologi. Juga membuat proposal balanced scorecard dengan empat sudut pandang. Tim kemudian bertemu
untuk mendiskusikan pendapat dan membuat daftar tujuan prioritas. Dalam
pertemuan dengan seluruh manajer senior, tim harus mencapai kesepakatan pada
tujuan balanced scorecard dan untuk menetapkan hubungan sebab akibat dari
tujuan yang dipilih. Manajer senior dibagi menjadi empat kelompok dimana setiap
kelompok bertanggung jawab untuk satu sudut pandang. Kemudian perwakilan dari
level manajemen dibawahnya dan manajer kunci fungsional dimasukkan dalam tiap
kelompok untuk memperluas input setiap kelompok mengidentifikasi tolak ukur
untuk setiap tujuan dan sumber informasi untuk setiap tolak ukur.
Balanced yang artinya berimbang menjelaskan
bahwa kinerja organisasi harus diukur dari sudut kinerja keuangan dan kinerja
non-keuangan yang meliputi pelanggan, proses bisnis intern, dan pembelajaran
dan pertumbuhan.
1. Kinerja keuangan
Kinerja
keuangan ialah prestasi manajemen yang diukur dari sudut keuangan yaitu
memaksimumkan nilai perusahaan. Rumus nilai perusahaan:
a. Laba operasi bersih dibagi biaya modal.
b. Return on Investment harus lebih besar dari pada biaya
modal.
Untuk mewujudkan kedua rumus
tersebut, manajer dan karyawan harus bekerja secara efektif, efisien, dan
produktif. Peningkatan nilai perusahaan tersebut adalah akibat kemampuan sumber
daya manusia (kapital manusia) dalam mengoperasikan harta untuk memperoleh
pendapatan dan dalam mengefesiensikan biaya untuk memperoleh pendapatan dan
dalam mengefisiensikan biaya untuk memperoleh laba. Dengan demikian hakikatnya
nilai perusahaan adalah hasil kerja sumber daya manusia yang bekerja efektif, efisien,
dan produktif.
Kinerja keuangan yang lazim
digunakan oleh perusahaan antara lain adalah analisis likuiditas, solvabilitas,
profitabilitas, aktivitas, pertumbuhan, dan analisis penilaian, kebangkrutan,
dan analisis Du-Pont.
2. Pelanggan
Memaksimumkan
nilai pelanggan yaitu meningkatkan pelanggan percaya kepada produk atau jasa
perusahaan menjadi setia dengan jalan perusahaan menyajikan produk berkualitas,
harga terjangkau, distribusi cepat, dan layanan purna jual lebih baik melebihi
dari pesaing. Intinya adalah kepuasan pelanggan. Ukuran kinerja yang digunakan
adalah kenaikan pendapatan pelanggan lama dan bertambahnya pelanggan baru.
Tindakan ini akan menghasilkan ekuitas perusahaan (firm equity).
Cara
untuk mengetahui kepuasan pelanggan adalah melalui riset partisipasi aktif
melihat perilaku pelanggan, wawancara, dan survei dengan menggunakan kuesioner.
Cara riset observasi dan wawancara bertujuan untuk mendapatkan makna, dan cara
survei bertujuan untuk mendapatkan makna, dan cara survei bertujuan untuk
mencari hubungan sebab dan akibat yang diukur dengan menggunakan statistik.
Kepuasan pelanggan dapat diukur dengan harga, kecepatan distribusi, kualitas,
pelayanan purna jual dan lain-lain.
3. Proses Bisnis Internal
Mengoptimalkan
penggunaan harta perusahaan dalam menciptakan produk atau jasa dan menemukan
metode kerja baru yang efektif dan efisien. Faktor sumber daya manusia menjadi
lokomotif untuk menggerakkkan peralatan perusahaan dengan metode kerja yang
efektif dan efisien. Hubungan kemampuan sumber daya manusia, peralatan, dan
metode kerja merupakan kapital organisasi (organizational capital).
Intinya adalah efektivitas dan efesiensi. Alat ukurnya adalah produktivitas
mesin, produktivitas tenaga kerja manusia, dan efisiensi biaya.
Cara
untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses bisnis internal adalah
melalui riset partisipasi aktif melihat perilaku pelanggan, wawancara, dan
survei dengan menggunakan kuesioner. Cara riset observasi dan wawancara
bertujuan untuk mencari hubungan sebab dan akibat yang diukur dengan
menggunakan statistik. Proses bisnis internal dapat diukur dengan efektivitas,
efisiensi, dan produktivitas, biaya mutu dan lain-lain.
4. Pembelajaran dan pertumbuhan
Memaksimumkan
kemampuan, motivasi, produktivitas, dan loyalitas sumber daya manusia untuk
meningkatkan laba dan nilai perusahaan. Potensi sumber daya manusia ini disebut
kapital manusia (human capital). Sumber daya manusia harus ditingkatkan
kemampuannya melalui pendidikan dan latihan serta ditingkatkan kesejahteraannya
melalui imbalan layak yang dapat memenuhi kebutuhan makan, pakaian, perumahan,
pendidikan, dan kesehatan. Intinya adalah kepuasan karyawan (employess
satisfaction). Alat ukurnya adalah pendapat karyawan dan tingkat kepuasan
karyawan.
Cara
untuk mengetahui pembelajaran dan pertumbuhan adalah melalui riset partisipasi
aktif melihat perilaku pelanggan, wawancara, dan survei dengan menggunakan
kuesioner. Cara riset observasi dan wawancara bertujuan untuk mendapatkan
makna, dan cara survei bertujuan untuk mencari hubungan sebab dan akibat yang
diukur dengan menggunakan statistik. Pembelajaran dan pertumbuhan dapat diukur
dengan partisipasi dalam pendidikan dan latihan, inovasi karyawan, imbalan,
penghahrgaan, motivasi, kemampuan adaptasi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi.
H.
Perubahan Lingkungan Bisnis Menuntut
Perubahan Tipe Perencanaan yang Digunakan oleh Organisasi
Dunia
bisnis adalah kegiatan yang terus menerus berubah dan berkembang. Hal itu
disebabkan karena ciri khususnya adalah persaingan. Persaingan melahirkan
inovasi teknologi alat produksi, alat pemasaran, alat keuangan, dan alat
pengukuran kinerja. Perubahan, perkembangan, dan inovasi itu merupakan proses
pembelajaran bagi manajemen untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan, laba,
dan nilai perusahaan.
Sektor
publik merupakan sektor yang didirikan dengan tujuan memberikan layanan kepada
masyarakat bukan untuk mendapatkan keuntungan (profit). Meskipun sektor publik
bukan bertujuan mencapai profit, sektor publik dapat mengukur efektivitas dan
efisiennya dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Untuk itu sektor publik
dapat menggunakan Balanced scorecard
dalam pengukuran kinerjanya. Untuk
dapat memenuhi kebutuhan sektor publik yang berbeda dengan sektor bisnis, maka
sebelum digunakan ada beberapa perubahan yang terjadi antara lain :
1. Perubahan framework dimana yang menjadi driver dalam Balanced Scorecard untuk sektor publik adalah misi untuk melayani
masyarakat.
2. Perubahan posisi antara perspektif
keuangan dengan perspektif pelanggan.
3. Perspektif customer diganti dengan
perspektif customer dan stakeholder.
4. Perubahan perspektif learning and
growth menjadi perspektif Employees and Organization Capacity.
Bagaimanapun juga, penerapan Balanced Scorecard organisasi pemerintah
memerlukan beberapa penyesuaian, karena:
1. Fokus utama sektor publik adalah
masyarakat (publik) dan kelompok-kelompok tertentu (interest group), sedangkan
fokus utama sektor bisnis adalah pelanggan dan pemegang saham.
2. Tujuan utama organisasi publik
adalah bukan maksimalisasi hasil-hasil financial (anggaran) melalui pelayanan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) sesuai dengan visi dan
misi organisasi pemerintah.
3. Mendefenisikan ukuran dan target
dalam perspektif custumer/ stakeholder membutuhkan pandangan dan kepeduliaan
yang tinggi, sebagai konsekuensi dari peran kepengurusan organisasi pemerintah
dan membutuhkan definisi yang jelas serta hasil yang diinginkan. Misalnya,
penentuan siapa yang menjadi stakeholder pemeliharaan sumber daya kelautan
(perikanan) dan lain-lain, tujuan strategis, ukuran kinerja, target kinerja dan
program tindakan yang membutuhkan definisi yang jelas.
Yang menjadi fokus utama dalam
sektor publik adalah misi organisasi, secara umum misi suatu organisasi adalah
melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari misi tersebut
diformulasikan strategi-strategi yang akan dilakukan untuk pencapaian misi
tersebut. Strategi tersebut kemudian diterjemahkan kedalam 4 perspektif ,
yaitu:
1. Perspektif Customer and stakeholder
2. Perspektif financial
3. Perspektif internal business process
4. Perspektif employees and
organization capacity
I.
Konsep Manajemen Strategik
Konsep
manajemen strategic merupakan rangkaian dua kata yang terdiri dari kata
“manajemen”dan “strategi”, dimana masing-masing kata tersebut memiliki
pengertian tersendiri, dan setelah dirangkaikan menjadi satu pemahaman secara
terminology. Menurut Muniarti (2008:74) dalam Nurmasyitah mengatakan bahwa
manajemen strategic merupakan kegiatan yang harus diselesaikan oleh manajemen
puncak bersama personil secara terus menerus, dan merupakan siklus yang mampu
melahirkan keputusan untuk memenuhi relevansi kebutuhan organisasi dengan
kebutuhan lingkungan (Nurmasyitah, Vol. 3, No.2,
2015).
Manajemen
strategic merupakan manajemen yang berkaitan dengan upaya memutuskan persoalan
strategi, perencanaan, dan bagaimana strategi tersebut dapat dilaksanakan dalam
wujud implementatif. Menurut Wheelen dan Hunger, konsep-konsep manajemen
strategic sebagai berikut:
1. Manajemen strategic merupakan
serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja
perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan
lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi, serta evaluasi dan
pengendalian.
2. Manajemen strategis menekankan pada
pengamatan dan evaluasi kesempatan (opportunity), dan ancaman (threat)
lingkungan dipandang dari sudut kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness).
3. Keputusan strategis berhubungan
dengan masa yang akan datang dalam jangka panjang untuk organisasi secara
keseluruhan dan memiliki tiga karakteristik umum, yaitu rate, consequential,
dan directive.
4. Manajemen strategis pada banyak organisasi
cenderung dikembangkan dalam empat tahap, mulai dari perencanaan keuangan dasar
keperencanaan berbasis peramalan yang disebut perencanaan strategis menuju
manajemen strategis yang berkembang sepenuhnya, termasuk implementasi,
evaluasi, dan pengalaman.
5. Organisasi yang menggunakan
manajemen strategis cenderung memiliki kinerja lebih baik.
6. Model manajemen strategis mulai dari
pengamatan lingkungan keperumusan strategi, termasuk penetapan visi misi,
tujuan, strategi, dan kebijakan menuju implementasi strategi, untuk
pengembangan program, anggaran, dan prosedur yang berakhir dengan evaluasi, dan
pengendalian.
Sedikitnya
terdapat tiga langkah utama pendekatan strategis dalam kontek manajemen,
meliputi: perencanaan strategi, manajemen strategi, sumber-sumber yang
diperlukan, dan struktur organisasi. Strategi palnning merujuk pada adanya
keterkaitan kekeuatan internal dengan hubungan unsure analisis kebutuhan,
proyeksi, peramalan, pertimbangan ekonomis dan financial, serta analisis
terhada perencanaan tindakan yang lebih rinci. Menurut Rowe, kerangka kerja
manajemen strategi terdiri atas empat komponen utama yaitu: strategic planning,
organizational structure, strategic control, dan resource management(Masudah, Vol. 7 No. 1, 2016).
J.
Beda Manajemen Strategik dalam
Manajemen Tradisional dengan Manajemen Strategik dalam Manajemen Kontemporer
Dalam
Devani Pengukuran kinerja yang hanya mendasarkan pada ukuran non finasial
menujukan hubungan tidak signifikan terhadap peningkatan kinerja Sistem
pengukuran kinerja pada aspek keuangan memang umum dilakukan, ada beberapa
kelebihan dan kelemahan dalam sistem pengukuran tradisional yang
menitikberatkan pada aspek keuangan saja. Pengukuran kinerja merupakan salah
satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan. Pengukuran kinerja dapat
digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar penyusunan
imbalan dalam perusahaan. Selama ini, pengukuran kinerja hanya menitikberatkan
pada sisi keuangan.
Berimbang
(Balance) yang dimaksudkan menurut
Sonoto adalah menilai kinerja personil
melalui dua aspek : yakni aspek keuagan dan aspek non keuangan, pada jangka
waktu pendek dan jangka waktu panjang, serta lingkungan intern dan ekstern.
Karena itu jika kartu skor personil digunakan untuk merencanakan di masa depan,
personil tersebut harus memperhitungkan keseimbangan antara pencapaian kinerja
keuangan dan non-keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta
antara kinerja bersifat internal dan
kinerja eksternal (fokus komprehensif). BSC menerjemahkan visi dan strategi
perusahaan ke dalam tujuan konkrit pada empat persepektif yang berbeda, yakni :
Perspektif Finansial, Perspektif Pelanggan, Perspektif proses internal, serta
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Prinsip dasar BSC adalah memfokuskan
pada pelanggan, proses internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan sekarang,
perusahaan akan mengamankan posisi finansial masa depannya. Mengenali
keseimbangan antara pengukuran jangka pendek dan menengah ini penting bagi
perusahaan yang ingin cenderung menginginkan kesuksesan finansial jangka pendek
yang sering kali juga diinginkan oleh para pemegang saham.
K.
Balanced
Scorecard Sebagai Inti Sistem Manajemen
Strategik
Manajemen
strategi adalah suatu proses yang digunakan oleh manajemen dan karyawan untuk
merumuskan serta mengimplementasikan strategi dalam penyediaan customer value terbaik untuk mewujudkan
visi organisasi. Dengan kata lain, manajemen strategi merupakan suatu upaya
manajemen dan karyawan untuk membangun masa depan organisasi. Sedangkan
strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi
organisasi melalui misi.
Dalam
upaya untuk mencapai tujuan oragnisasi, terdapat begitu banyak hal dan
persoalan yang harus dikerjakan dengan serius oleh manajemen perusahaan. Balanced Scorecard membantu organisasi
untuk menghadapi dua masalah fundamental, yaitu :
1. Mengimplementasikan strategi dengan
sukses.
2. Mengukur kinerja organisasi secara
efektif.
Perusahaan menggunakan fokus pengukuran Scorecard demi
menghasilkan berbagai proses manajemen penting:
1. Memperjelas dan menerjemahkan visi
serta strategi
2. Mengkomunikasikan dan mengkaitkan
berbagai tujuan serta ukuran strategis
3. Merencanakan, menetapkan sasaran,
dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis
4. Meningkatkan umpan balik dan pembelanjaan strategis.
L.
Keunggulan
Balance Scorecard sebagai Sistem Pengukuran Kinerja
Hasil evaluasi pengukuran kinerja
berdasarkan balance scorecard yang mencakup keempat perspektifnya baik keuangan
maupun non-keuangan ternyata mampu menimbulkan rencana strategis yang bisa
dirumuskan, ditetapkan dan dicapai dimasa yang akan datang dalam usaha
memperbaiki atau meningkatkan kinerja perusahaan.
Menurut Edward J. Blocher, dkk keuntungan
Balance Scorecard, yaitu :
1. Sarana
untuk menelusuri kemajuan terhadap pencapaian tujuan strategis.
2. Sarana
untuk mengimplementasikan strategi dengan mengalihkan perhatian manajer pada faktor-faktor penentu
kesuksesan yang secara strategis , relevan, dan memberikan mereka penghargaan
atau pencapaian faktor-faktor ini.
3. Kerangka
kerja yang dapat digunkan perusahaan untuk mencapai perubahan organisasi yang
diharapkan dalam hal strategis, dengan memberikan perhatian dan penghargaan atas pencapaian
faktor-faktor yang merupakan bagian dari
strategis baru. BSC membuat sifat dan arah perubahan yang diharapkan menjadi
jelas bagi seluruh pihak.
4. Alasan
yang adil dan objektif bagi perusahaan dalam menentukan kompensasi dan promosi
dari setiap manajer.
5. Kerangka
kerja yang mengoordinasikan seluruh upaya perusahaan untuk mencapai
faktor-faktor penentu kesuksesan. BSC memungkinkan manajer untuk melihat
bagaimana aktivitas mereka memberikan kontribusi terhadap kesuksesan pihak lain
dan memotivasi kerja tim.
BAB
III
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran
Umum Perusahaan
1.
Sejarah
Singkat PT Gudang Garam Tbk
PT Gudang Garam Tbk adalah sebuah
merek/perusahaan produsen rokok populer asal Indonesia yang berdiri pada 26
Juni 1958. Perusahaan rokok ini merupakan peringkat kelima tertua dan terbesar
dalam produksi rokok kretek. Perusahaan ini memiliki kompleks tembakau sebesar
514 area di Kediri, Jawa Timur.
Surya Wonowidjoyo (Tjoa Ing Hwie)
sebagai pendiri PT Gudang Garam Tbk yang dilahirkan di Fujian, China pada tahun
1923. Pada usia 3 tahun, keluarganya bermigrasi ke kota Sampang, Madura. Dari
kemiskinan keluarganya, serta setelah ayahnya meninggal, ia merantau ke Kediri
dan bekerja pada pamannya (Tjoa Kok Tjiang), sebagai pemilik pabrik Cap “93”,
salah satu pabrik kretek besar di Jawa Timur.
Di pabrik ini Tjoa Ing Hwie belajar
tentang perkretekan dan juga membuat saus cengkeh yang baik. Tjoa Ing Hwie
dikenal sebagai orang yang berjiwa pemimpin dan pekerja keras. Ia bekerja
selama kurang lebih lima tahun di pabrik pamannya hingga menjadi direktur
perusahaan pada waktu itu. Tahun 1956, ia keluar dari perusahaan pamannya
karena tidak puas. Lalu menjadi penyalur tembakau dan cengkeh. Pengalamannya
ini membuahkan kesuksesa di kemudian hari.
Tahun 1958 adalah titik awal berdirinya
perusahaan rokok Gudang Garam. Dengan 50 karyawan yang mengundurkan diri dari pabrik rokok Cap
“93”, dimulailah perusahaan rokok milik Tjoa Ing Hwie. Ia memulai industri
rumah tangga memproduksi rokok sendiri, diawali dengan rokok kretek dari
kelobot dengan merek Inghwie. Produk kretek yang diproduksi pertama kali adalah
Sigaret Kretek Klobot (SKL) dan Sigaret Kretek Tangan (SKT).
2. Gambaran
Umum PT Gudang Garam Tbk
PT Gudang Garam Tbk (Perseroan) Tbk,
yang semula bernama PT Perusahaan Rokok Tjap “Gudang Garam” Kediri (PT Gudang
Garam), didirikan dengan akta Suroso SH, wakil notaris sementara di Kediri,
tanggal 30 Juni 1971 No. 10, diubah dengan akta notaris yang sama tanggal 13
Oktober 1971No. 13; akta-akta ini
disetujui oleh Mentri Kehakiman dengan No. J.A.5/197/7 pada tanggal 17 Nopember
1971, didaftarkan di Pengadilan Negeri Kediri dengan No. 31/1971 dan N0.
32/1971 tanggal 26 Nopember 1971, dan diumumkan dalam Tambahan No. 586 pada
Berita Negara No. 104 tanggal 28 Desember 1971.
Perseroan merupakan kelanjutan dari
Perusahaan dan Perorangan yang didirikan tahun 1958. Pada tahu 1969 berubah
status menjadi Firma dan pada tahun 1971 menjadi Perseroan Terbatas. Operasi
komersial dimulai tahun 1958.
Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami
beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir dilakukan dengan akta notaris Siti
Nurul Yuliami, S.H., M.Kn tanggal 21 September 2015 No. 52 untuk memenuhi
ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (“OJK”) No. 32/POJK.04/2014 dan No.
33/POJK.04/2014.
Perseroan berdomisili di Indonesia
dengan Kantoe Pusat di Jl. Semampir II/1, Kediri, Jawa Timur, serta memiliki
pabrik yang berlokasi di Kediri, Gempol, Karanganyar dan Sumenep. Perseroan juga
memiliki Kantor-kantor Perwakilan yaitu Kantor Perwakilan Jakarta di Jl.
Jendral A. Yani 79, Jakarta dan Kantor Perwakilan Surabaya di Jl. Pengenal
7-15, Surabaya, Jawa Timur.
Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasarnya,
Perseroan bergerak di bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri
rokok. PT Suryaduta Investama merupakan entitas induk terakhir Perseroan.
3. Visi
dan Misi Perusahaan
a. Visi
Menjadi
perusahaan terkemukan kebanggaan nasional yang bertanggung jawab dan memberikan
nilai tambah bagi para pemegang saham, serta manfaat bagi segenap pemangku
kepentingan acara berkesinambungan
b. Misi
Catur
Dharma yang merupakan misi Perseroan :
1) Kehidupan
yang bermakna dan berfaedah bagi masyarakat luas merupakan suatu kebahagiaan.
2) Kerja
keras, ulet, jujur, sehat dan beriman adalah prasyarat kesuksesan
3) Kesuksesan
tidak dapat terlepas dari peranan dan kerja sama dengan orang lain.
4) Karyawan
adalah mitra usaha yang utama
4. Data
Umum PT Gudang Garam Tbk
Nama
Perusahaan : PT Gudang Garam Tbk
Alamat
: Kediri, Jawa Timur,
Indonesia
Telephone/fax :
Email
:
5. Struktur
Organisasi PT Gudang Garam Tbk
Dewan komisaris Perseroan
beranggotakan empat orang. Jumlah anggota Dewan Komisaris telah ditentukan
dengan mempertimbangkan skala usaha, kapasitas, tujuan, kebutuhan dan kondisi
Perseroan, serta memperhatikan keberagaman keahlian, pengetahuan dan pengalaman
yang dibutuhkan, sebagaimana tercantum dalam profil singkat masing-masing
anggota Dewan Komisaris. Frank W. va Gelder dan Gotama Hengdratsonata ditunjuk
menjadi Komisaris Independen Perseroan sesuai peraturan pasar modal.
a. Dewan Komisaris
Presiden Komisaris :
Juni
Setiawati Wonowidjojo
Komisaris : Lucas Mulia Suhardja
Komisaris Independen : Frank Willem van Gelder
Gotama Hengdratsonata
b.
Direksi
Presiden Direktur : Susilo Wonowidjojo
Direktur : Heru Budiman
: Herry Susianto
: Buana Susilo
: Istata Taswin Siddharta
:
Lenggah Nurullah
: Sony Sasono Rahmadi (Independen)
Berdasarkan Pasal 18 ayat 13 Anggaran
Dasar Perseroan, masa jabatan anggota Dewan Komisaris akan berakhir dengan sendirinya
apabila anggota Dewan Komisaris tersebut tidak lagi memenuhi persyaratan
perundang-undangan yang berlaku. Salah satu syaratnya adalah selama menjabat
sebagai Dewan Komisaris tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
yang merugikan keuangan negara dan/ atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.
B.
Pembahasan
PT
Gudang Garam Tbk merupakan produsen rokok kretek terkemuka yang identik dengan
Indonesia yang merupakan salah satu sentra utama perdagangan rempah di dunia.
Dengan total penduduk sekitar 250 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar konsumen
yang besar dan beragam dengan persentase perokok dewasa yang signifikan,
diperkirakan 67% laki-laki dewasa di Indonesia adalah perokok. Berdasarkan
riset pasar Nielsen, pada akhir tahun 2016 Gudang Garam memiliki pangsa pasar
rokok dalam negeri sekitar 20,8% dengan produk-produk yang sudah dikenal luas
oleh masyarakat di seluruh Nusantara. Gudang Garam menyediakan lapangan kerja
bagi 35.900 orang yang terlibat dalam produksi rokok, pemasaran dan distribusi
di akhir tahun 2016. Perusahaan juga memiliki 67 kantor area dengan 279 titik
distribusi di seluruh Indonesia dan armada penjualan lebih dari 7.000
kendaraan, termasuk sepeda motor untuk melayani pasar.
Berikut
merupakan data penjualan PT Gudang Garam Tbk periode 2011-2016 :
Tabel
3.1
Penjualan
PT Gudang Garam Tbk Periode 2011-2016
Tahun
|
Penjualan
Perusahaan
|
|
2014
|
RP 65.185.850)
|
|
2015
|
Rp 70.365.573)
|
|
2016
|
Rp
76.274.147)
|
|
Sumber
data : Annual Report
Dari
Tabel 3.1 diatas terlihat bahwa penjualan rokok kretek dari tahun 2014-2016
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, hingga mencapai penjualan
tertinggi yaitu pada tahun 2016 yang
mencapai RP 76.274.147. Hal ini menunjukkan kinerja yang bagus dari karyawan
karena terjadinya peningkatan penjualan, serta pelayanan yang cukup baik bagi
setiap pelanggannya. Sehingga pendapatan selalu meningkat tiap tahunnya, dan
diharapkan akan terus meningkat dan berkembang untuk masa yang akan datang.
ANALISIS KINERJA
BERDASARKAN BALANCE SCORECARD
1. Analisis
Kinerja dengan Perspektif Keuangan
a.
Tahun
2014
1) Current
Ratio (CR)
Tahun 2014 = Aktiva
Lancar x 100%
Hutang Lancar
= 38,532,600 x 100%
23,783,134))
= 1,61 x 100%
= 161%
Dari perhitungan diatas dapat kita ketahui bahwa kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan adalah sebesar 161%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan
kurang baik karena jumlah current
rationya minimal 200% baru bisa dikatakan sehat.
2) Net
Profit Margin (NPM)
Tahun 2014 = Laba Bersih
x 100%
Penjualan
= 5.432.667 x 100%
65.185.850)
= 0,08 x 100%
= 8%
Dari perhitungan diatas dapat kita ketahui
bahwa laba bersih yang diperoleh perusahaan adalah sebesar 8% dari penjualan
yang dilakukan perusahaan. Artinya setiap penjualan menghasilkan laba bersih
sebesar 8% bagi perusahaan.
3) Return
On Investment
Tahun 2014 =
Laba Bersih x 100%
Total aktiva
= 5.432.667 x 100%
58.234.278
=
0,09 x 100%
= 9%
Dari perhitungan diatas dapat kita
ketahui bahwa kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan adalah 9% dari
investasi. Dengan demikian tingkat keuntungan investasi adalah 9%.
b.
Tahun
2015
1) Current
Ratio (CR)
Tahun 2015 = Aktiva Lancar x 100%
Hutang Lancar
= 42,568,431x 100%
24,045,086))
=
1,77 x 100%
=
177%
Dari perhitungan diatas dapat kita ketahui bahwa kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan adalah sebesar 177%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan
kurang baik karena jumlah current rationya minimal 200% baru bisa dikatakan
sehat.
2) Net
Profit Margin (NPM)
Tahun 2015 = Laba Bersih
x 100%
Penjualan
= 6,452,834)x 100%
70,365,573))
= 0,09 x 100%
= 9%
Dari perhitungan diatas dapat kita
ketahui bahwa laba bersih yang diperoleh perusahaan adalah sebesar 9% dari
penjualan yang dilakukan perusahaan. Artinya setiap penjualan menghasilkan laba
bersih sebesar 9% bagi perusahaan.
3) Return
On Investment
Tahun 2014 =
Laba Bersih x 100%
Total aktiva
= 6.452.834 x 100%
63.505.413
=
0,10 x 100%
= 10%
Dari perhitungan diatas dapat kita
ketahui bahwa kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan adalah 10% dari
investasi. Dengan demikian tingkat keuntungan investasi adalah 10%.
c.
Tahun
2016
1) Current
Ratio (CR)
Tahun 2016 = Aktiva Lancar x 100%
Hutang Lancar
= 41,933,173 x
100%
21,638,565))
=
1,94 x 100%
=
194%
Dari perhitungan diatas dapat kita ketahui bahwa kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan adalah sebesar 194%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan
kurang baik karena jumlah current rationya minimal 200% baru bisa dikatakan
sehat.
2) Net
Profit Margin (NPM)
Tahun 2016 = Laba Bersih
x 100%
Penjualan
= 6,672,682))x 100%
76,274,147))
= 0,09 x 100%
= 9%
Dari perhitungan diatas dapat kita
ketahui bahwa laba bersih yang diperoleh perusahaan adalah sebesar 9% dari
penjualan yang dilakukan perusahaan. Artinya setiap penjualan menghasilkan laba
bersih sebesar 9% bagi perusahaan.
3) Return
On Investment
Tahun 2016 =
Laba Bersih x 100%
Total aktiva
= 6.672.682 x 100%
62.951.634
=
0,11 x 100%
= 11%
Dari perhitungan diatas dapat kita
ketahui bahwa kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan adalah 11% dari
investasi. Dengan demikian tingkat keuntungan investasi adalah 11%.
Tabel 3.2
Hasil Pengukuran Kinerja dari Perspektif Keuangan
PT Gudang Garam Tbk
Periode 2014-2016
Ukuran
|
2014
|
2015
|
2016
|
Rata-rata
|
CR
|
161%
|
177%
|
194%
|
177,3%
|
NPM
|
8%
|
9%
|
9%
|
8,7%
|
ROI
|
9%
|
10%
|
11%
|
10%
|
Sumber : Data
Sekunder yang diolah
Analisis kinerja
dari Perspektif Keuangan :
1) Current
Ratio
Berdasarkan dari
tabel 3.2 diatas dapat kita ketahui bahwa dari tahun 2014-2016 PT Gudang Garam
Tbk telah berhasil meningkatkan jumlah aktiva ancarnya setiap tahun. Perusahaan
memperoleh nilai kinerja rata-rata 177,3
%, dengan kemampuan aktiva lancar dalam membayar kewajiban lancarnya setiap
tahun selalu naik, dengan nilai current rationya pada tahun 2014 161&,
tahun 2015 naik sebesar 16%, dan tahun 2016 naik sebesar 17%. Meskipun nilai
aktiva selalu meningkat, namun kinerja perusahaan dari current rationya kurang
baik karena current rationya dibawah 200% yang merupakan batas minimal current
ratio yang baik bagi perusahaan.
2) Net
Profit Margin
Berdasarkan
tabel 3.2 dapat kita ketahui bahwa pada tahun 2014 PT Gudang Garam Tbk berhasil
memperoleh laba dari pelanggan sebesar 8%
dari penjualannya, dan untuk tahun 2015 dan 2016 perusahaan hanya memperoleh
laba dari pelanggan sebesar 9% dari penjualan. Dari penjelasan diatas bahwa
rata-rata nilai net profit margin perusahaan dalam kurun waktu 3 tahun
adalah 8,7%. Nilai dari NPM ini
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan keuntungan baik dalam 3
tahun terakhir.
3) Berdasarkan
tabel 3.2 dapat kita ketahui bahwa ROI dalam kurun 3 tahun terakhir selalu
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu
menge
2.
Pengukuran
Kinerja Perspektif Pelanggan
Menjalin hubungan baik dengan pelanggan
ditujukan untuk meningkatkan ketergantungan pelanggan pada produk apapun yang
dikeluarkan oleh perusahaan, sehingga memudahkan perusahaan untuk mengetahui
kebutuhan dan keinginan pelanggan. Tindakan yang harus dilakukan agar hal ini
berjalan dengan baik yaitu meningkatkan pelayanan pada pelanggan dan
mengevaluasinya sebagai bentuk kontrol dari eksistensi produk perusahaan dimata
pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan pemicu terhadap hasil lainnya dalam customer
perspective. Pertumbuhan pelanggan memperlihatkan kemampuan perusahaan
dalam memuaskan kebutuhannya, sehingga pelanggan akan kembali menggunakan
produk yang telah diterimanya serta merekomendasikan kepada calon pelanggan
lainnya. Kesetiaan pelanggan mencerminkan kemampuan perusahaan memelihara hubungan
dengan pelanggan yang telah ada. Profitabilitas pelanggan mencerminkan
kemampuan layanan kepada segmen pasar tertentu dalam menghasilkan laba. Ini
mencerminkan Misi dari perusahaan sendiri yaitu Karyawan adalah mitra usaha
yang utama.
Untuk mengimplementasikan salah satu strategi dalam
mengembangkan usaha serta untuk memperluas pangsa pasar, perusahaan telah membuka
toko-toko baru pada lokasi-lokasi strategis di kota-kota besar lainnya di
Indonesia dan juga memperbaharui kualitas fisik toko yang sudah ada.
Tabel 3.2
Data Pangsa Pasar dan Jumlah Penjualan (dalam Jutaan
Batang)
Tahun 2014-2016
Uraian
|
2014
|
2015
|
2016
|
Pangsa Pasar
|
21,9%
|
21,5%
|
20,8%
|
Penjualan
Lokal
|
75.898
|
74.696
|
72.989
|
Penjualan Ekspor
|
4.699
|
3.951
|
4.087
|
3.
Pengukuran
Kinerja dari Perspektif Bisnis Internal
Dalam perspektif ini, perusahaan
melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan
baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu produk yang dapat
memberikan kepuasan tertentu bagi customer dan juga para pemegang saham. Dalam
hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu : proses
inovasi, proses operasi, dan proses pasca penjualan.
c. Proses
inovasi
Tahun 2015 Perseroan
mengeluarkan produk SKM baru, Gudang Garam Signature Mild. Sedangkan dalam
tahun 2016, Perseroan tidak mengeluarkan produk sama sekali.
d. Proses
operasi
Gudang garam berhasil
menjaga reputasinya sebagai produsen yang mengutamakan kualitas dan
ketersediaan produk di pasar dan mampu meningkatkan pendapatan dibanding tahun
sebelumnya sekalipun pasar melemah dan belanja konsumen melamban. Strategi
penetapan harga, pemasaran dan distribusi yang dijalankan Perseroan berjalan
baik di tengah naiknya cukai rokok lebih
dari 15% pada tahun 2016 (10,2% pada tahun 2015). Gudang Garam juga menyediakan
lapangan kerja bagi 35.900 orang yang terlibat dalam produksi rokok, pemasaran
dan distribusi di akhir tahu 2016. Perusahaan juga memiliki 67 kantor area
dengan 279 titik distribusi di seluruh Indonesia dan armada penjualan lebih
dari 7.000 kendaraan, termasuk sepeda motor untuk melayani pasar.
4
Pengukuran Kinerja dari Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Gambar-gambar
yang ada pada laporan PT Gudang Garam Tbk menunjukkan komitmen dan motivasi
sumber daya manusia di balik mereknya. PT Gudang Garam Tbk siap menyambut
pertumbuhan usaha di masa depan, sambil mempertahankan prinsip-prinsip dan visi
yang sudah ada sejak lama menjadi panutan. Gudang Garam kini telah berkembang
menjadi sebuah organisasi yang lebih dinamis, senantiasa bersedia mendengarkan
dan melayani kebutuhan pelanggan, lebih baik dari sebelumnya.
Jumlah
karyawan pada tahun 2016 mencapai 35.900 orang. Semua karyawan diberi
kesempatan mengikuti pelatihan sesuai tanggung jawab kerja dan kebutuhan
masing-masing. Gudang Garam memberikan peluang yang setara bagi semua karyawan,
dan melaksanakan sepenuhnya undang-undang ketenagakerjaan dan Kontrak Kerja
Bersama yang akan diperbarui pada tahun 2017. Perseroan memberlakukan Kode Etik
yang berlaku bagi semua karyawan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pada analisis yang penulis lakukan dengan keempat perspektif, yaitu perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran, maka dapat dipahami bahwa diantara keempat perspektif memiliki hubungan
sebab akibat. Dimana hal ini dapat penulis jelaskan sebagai berikut :
1.
Karyawan
memiliki posisi yang penting dalam perusahaan. Karena tugas karyawan adalah
menjalin kerja sama dan hubungan yang baik dengan customer.
2.
Semakin
baik hubungan antara karyawan dan customer dapat meningkatkan jumlah customer.
3.
Semakin
bertambahnya jumlah customer, maka keuntungan perusahaan juga akan semakin
meningkat dan kondisi keuangan perusahaan juga akan semakin membaik.
4.
Jika
keuangan perusahaan terus membaik maka perusahaan akan mampu berkembang dimasa
yang akan dating dan dapat bersaing dalam pasar global.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja PT Gudang Garam
Tbk secara keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat
dilihat dari data keuangan Perseroan yang mengalami peningkatan dari
tahun 2014-2016.
Berdasarkan hasil riset pasar Nielsen, pada akhir tahun 2016 Gudang Garam
memiliki pangsa pasar rokok dalam negeri sekitar 20,8% dengan produk-produk
yang sudah dikenal luas oleh masyarakat di seluruh Nusantara.
Salah satu aspek yang mendorong peningkatan pendapatan perusahaan adalah
pelayanan yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan membuat pelanggan
puas. Dalam meningkatkan pelayanan, Perseroan melaksanakan pelatihan kepada karyawan
dalam berbagai tingkat yang tujuannya agar masing-masing
karyawan mengetahui tugasnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Blocher,
Edward J. dkk. 2010. Manajemen Biaya :
Penekanan Strategis. Jakarta Selatan : Selemba Empat, 2010)
Devani,
Vera dan Ade Setiawarnan. 2015. Pengukuran
Kinerja Perusahaan dengan menggunakan Metoda Balance Scorecard. Vol. 13 No.
1
Firdaus, D. W. (2009). Membangun dan Implementasi Balanced
Scorecard Pada Sektor Publik. Jurnal Ilmiah UNIKOM, Vol.9, No.1 ,
3-10.
Garrison, R. H. (2007). Akuntansi
Manajemen, Edisi 11 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Gunawan, B. (2011). Balanced Scorecard: Perspektif Baru Dalam
Menilai Kinerja Organisasi. Jurnal
Akuntansi & Investasi Vol.1 No. 1 , 41-51.
Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan
& Pengendalian Manajemen (Edisi 3). Salemba Empat. Jakarta.
Nurmayshitah, dkk. 2015. Implementasi Manajemen Strategik dalam
meningktakan kinerja. Vol. 3 No. 2
Prawironegoro, Darsono. 2005. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Diadit Media
Pohan, Aulia. 2010. Menata Strategi, Memacu Kinerja. Jakarta
Barat : PT Buana Ilmu Populer
Sonoto, John F. 2014. Balance
Sorecard (BSC) Tool Strategi Pengukuran
Masa Depan. Vol. 3 No. 1
Komentar
Posting Komentar