Balance Scorecard (BSC)



MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN
BALANCED SCORECARD



OLEH: KELOMPOK 3
Alamat Blog
dwikarahmatillah.blogspot.com

DEFRI ANTONI                              1630402023
DWIKA RAHMATILLAH              1630402028
ELFI OFDILA                                  1630402030
FITRIANI BUSTAMAM                1630402040
FETRA RAHMA AYU                   1630402035
HALIMAH RAHMADHANI          1630402042



                DOSEN:
                    MEGA RAHMI, S.E.Sy, M.Si

JURUSAN EKONOMI SYARIAH/ AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2018






KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Balanced Scorecard”
Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dalam mata kuliah Akuntansi Manajemen beserta teman.
Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan semua pihak yang membacanya terutama dalam hal pembelajaran. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang
Akhir kata, kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam kata pengantar ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiin.

Batusangkar, 02 April 2018 



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep BSC

Balance scorecard terdiri dari dua kata blanced artinya berimbang dan scorecard artinya kartu scor pekerjaan atau kartu prestasi kerja orang atau organisasi. Kartu prestasi kerja dituangkan dalam angka-angka keuangan atau lazim disebut kinerja keuangan dan dapat dijadikan bahan baku untuk membuat rencana kerja masa depan, karena ia merupakan data historis. Balanced yang artinya berimbang menjelaskan bahwa kinerja organisasi harus diukur dari sudut kinerja keuangan dan kinerja non-keuanganyang meliputi pelanggan, proses bisnis intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan.( Darsono Prawironegoro, 2005: Hal 287)
Balanced Scorecard merupakan pendekatan strategi menajemen yang dikembangkan oleh Kaplan ( Harvard Business School) dan Norton pada awal tahun 1990.Balanced Scorecardmenjawab kebutuhan tertsebut melaui sistem manejemen strategi kontenporer, yang terdiri dari empat perspektif yaitu : keuangan , pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran  dan pertumbuhan. Keuangan pendekatan Balanced Scorecarddalam system perencanaan strategi adalah mampu menghasikan rencana stategis.
Balanced Scorecard telah mengalami evolusi perkembangan : (1) Balanced Scorecardsebagai perbaikan atas sitem pengukuran kinerja eksekutif (2) Balanced Scorecard sebagai kerangka perecaanaan strategis (3) Balanced Scorecard sebagai basis system terpadu pengolahan kinerja personel. Balanced Scorecard diciptakan oleh Robert S.Kaplan, seorang prpfesor dari havard business school dan Davit P.Norton dari kantor akutansi public KPMG.
Dari eksperimen awal Balanced Scorecard tersebut perusahaan-perusahaan yang ikut serta dalam ekperimen tersebut memperlihatkan kemampuan berlipat ganda kinerja keuangan mereka. Keberhasilan ini disadarai sebagai akibat dari pengginaan ukuran kinerja Balanced Scorecard yang komperhesif. Dengan menggunakan ukuran kinerja non-keuangan , seperti kepuasan pelanggan, produktifitas dan proses efektif, dan pembelajaran dan pertumbuhan, eksekutif dipacu untuk memperhatikan dan melaksanakan usaha-usaha yang merupakan pemacu sesungguhnya.
Menurut Yuwono mengemukakan bahwa balance scorecard merupakan suatu sistem management, pengukuran, dan pengendalian yang tepat, cepat, dan komprehensif dapat memberikan pemehaman kepada manager tentang kinerja bisnis. Model BSC diharapkan dapat mewujudkan kinerja keuangan perusahaan yang baik dan sustainable. (Andriyanto, 2010: p. 3)
Empat pengukuran balance scorecard:
1.      Perspektif keuangan
Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dan siklus kehidupan bisnis, yaitu:
a.Tahap pertumbuhan (growth)
Tahap awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik.
b. Tahap bertahan (sustain)
Tahap kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik.
c.  Tahap panen (harvest)
Tahap ketiga dimana perusahaan benar-benar memanen/ menuai hasilinvestasi dari tahapan sebelumnya.
2.      Perspektif  pelaggan
Dalam perspektif ini, pengukuran dengan lima aspek utama: yaitu pengukuran pangsa pasar, Customer relation, costumer acquision, customer satisfaction dan customer profitability.
3.      Prespektif proses bisnis internal
Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktifitas yang dilakukan oleh organisasi baik tingkatan manager karyawan untuk menciptakan suatu produk yang dapat memberikan keputusan tertentu bagi customer dan juga para pemegang saham.
4.      Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Proses pembelajaran dan pertumbuhan bersumber dari faktor sumber daya manusia , system dan prosedur organisasi. (Sarjono, 2010 : p. 4)
B.     Sejarah Balanced Scorecard
Kaplan dan Norton mulai tahun 1992 mengembangkan konsep pengukuran kinerja yang dikenal dengan Balanced Scorecard (BSC) sebagai koreksi atas berbagai kelemahan ukuran kinerja finansial (Gunawan, 2009). Konsep balanced scorecard pertama kali dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton dalam bukunya yang berjudul Translating Strategy Into Action: The Balanced Scorecard. Pada awal tahun 2000 balanced scorecard tidak lagi hanya dimanfaatkan oleh eksekutif untuk mengelola perusahaan, namun juga dimanfaatkan oleh seluruh personel (manajemen dan karyawan) untuk mengelola perusahaan. Balanced scorecard memberi kerangka yang jelas bagi seluruh personel untuk menghasilkan kinerja keuangan melalui perwujudan berbagai kinerja non keuangan. Penggunaan teknologi informasi telah mendukung penerapan balanced scorecard untuk dikomunikasikan ke seluruh personel, sehingga dapat dilakukan koordinasi dalam mewujudkan berbagai sasaran strategik perusahaan yang telah ditetapkan. Balanced scorecard pada tahun 2006 mulai dikembangkan untuk mengintegrasikan dua metode, yaitu: metode manajemen strategik berbasis balanced scorecard dan metode pengelolaan kinerja personel (Mulyadi, 2007:319).
A.    Perkembangan Terkini Implementasi Balance Scorecard
Manurut Hansen dan Mowen dalam Devani, Balance Scorecard merupakan sistem manajemen strategis yang menterjemahkan visi dan strategi suatu organisasi kedalam tujuan dan ukuran operasional. Menurut Kaplan dan Norton juga dalam Devani tujuan dan ukuran operasional tersebut kemudian dinyatakan dalam empat perspektif yaitu :
1.       keuangan
2.      pelanggan
3.      Bisnis internal
4.      Pembelajaran dan pertumbuhan.
Kaplan dan Norton dalam Deviani telah memperkenalkan sistem pengukuran kinerja. Balance Scorecard adalah sebuah sistem pengukuran kinerja yang komprehensif dari berbagai aspek, baik itu dari segi keuangan dan non keuangan, maupun aset yang tampak serta tak tampak.
Hasil penelitian Burney dan Nancy yang juga terdapat dalam Deviani menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara kepuasan kerja seorang pengambil keputusan (manajer) terhadap strategi perusahaan yang diterapkan. Penggunaan Balance Scorecard sebagai alat pemetaan strategi sangat berpengaruh pada kinerja seorang manajer. Pekerjaan mereka menjadi lebih terarah dan fokus, hal ini sangat berperan terhadap tercapainya tujuan jangka panjang perusahaan.
McCool menyatakan dalam Firdaus bahwa “Implementansi Balance Scorecard dalam 3 sampai 4 tahun telah memungkinkan perusahaan menghasilkan ratusan juta dollar pada arus kas yang positif. Balance Scored telah menjadi penyumbang utama. Itu membantu kami untuk memfokuskan inisiatif-inisiatif kami dan mempertahankan mereka agar sesuai dengan tujuan-tujuan strategis kami. Itu menjadi alat komunikasi yang hebat untuk menceritakan sejarah perjalanan bisnis, juga merupkan alat pembelajaran yang ampuh. Saya ingin orang-orang menggunakan scorecard untuk memfokuskan perhatian pada kesempatan besar untuk pertumbuhan.

D.    Keunggulan Balanced Scorecard (BSC)
Empat keunggulan yang diperoleh perusahaan dengan menerapkan balanced scorecard adalah komprehensif, koheren, seimbang, dan terukur.
1.         Komprehensif  ( comprehensive)
Sebelum konsep balanced scorecard lahir, perusahaan beranggapan bahwa perspektif keuangan adalah perspektif yang paling tepat untuk mengukur kinerja perusahaan. Setelah balanced scorecard berhasil diterapkan, para eksekutif perusahaan baru menyadari bahwa perspektif keuangan sesungguhnya merupakan hasil dari tiga perspektif lainnya, yaitu pelanggan, proses bisnis, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Pengukuran yang lebih holistik, luas, dan menyeluruh (komprehensif) ini berdampak pada perusahaan untuk lebih bijak dalam memilih strategi perusahaan dan memberikan kemampuan bagi perusahaan itu untuk memasuki area bisnis yang lebih kompleks.
2.         Koheren (coherence)
Di dalam balanced scorecard ada istilah hubungan sebab akibat (causal relationship). Setiap perspektif (keuangan, customer, proses bisnis, dan pembelajaran-pertumbuhan) mempunyai tujuan atau sasaran strategis (strategic objective). Tujuan atau sasaran strategis ini merupakan keadaan atau kondisi yang akan diwujudkan di masa yang akan datang yang merupakan penjabaran dari tujuan perusahaan. Tujuan atau sasaran strategis untuk setiap perspektif harus dapat dijelaskan dengan hubungan sebab akibat. Misalnya pertumbuhan Return on Investment (ROI) ditentukan oleh meningkatnya kualitas pelayanan kepada customer, pelayanan kepada customer bisa ditingkatkan karena perusahaan menerapkan teknologi informasi yang tepat guna dan keberhasilan penerapan teknologi informasi ini didukung oleh kompetensi dan komitmen dari karyawan. Hubungan sebab akibat ini disebut koheren.
3.         Seimbang (balanced)
Keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan dalam empat perspektif meliputi sasaran jangka pendek dan sasaran panjang yang berfokus pada faktor internal dan eksternal. Keseimbangan dalam balanced scorecard juga tercermin dengan selarasnya scorecard karyawan dengan scorecard perusahaan sehingga sehingga setiap personal yang ada di dalam perusahaan bertanggung jawab memajukan perusahaan.
4.         Terukur (measured)
Dasar pemikiran bahwa setiap perspektif dapat diukur adalah adanya keyakinan bahwa ‘if we can measure it, we can manage it, if we can manage it, we can achieve it’ artinya ketika perusahaan dapat mengukur sesuatu, perusahaan dapat mengelolanya dan jika perusahaan dapat mengelola sesuatu, perusahaan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Sasaran strategis yang sulit diukur seperti pada perspektif customer, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan, melalui balanced scorecard dapat dikelola karena setiap perspektif dapat ditentukan ukuran yang tepat.

Dalam dua puluh tahun terakhir, Balanced Scorecar pengukuran kinerja efektif. Dalam dekade terakhir, BSC secara bertahap terhubung dengan tujuan manajemen strategis dan pengendalian kinerja. Namun, para ahli masih tidak pasti tentang hubungan sebab akibat antara BSC dan peningkatan prestasi tujuan atau sasaran strategis dan kinerja.
Setelah mempelajari konsep dan keunggulan balanced scorecard serta evolusi konsep atau pemikiran BSC, selanjutnya akan diuraikan secara terperinci tiapa-tiap perspektif yang dimulai dengan perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perpektif proses bisnis internal, dan perpektif pertumbuhan dan pembelajaran.
1.         Perspektif Keuangan
Kebanyakan bisnis di dunia berorientasi pada perspektif keuangan seperti orientasi pada laba bersih (net income), arus kas dan memaksimalkan nilai pemegang saham (shareholders’ value). Fakta ini menunjukkan bahwa balnced scorecard tidak akan lengkap tanpa mempertimbangkan profitabilitas pemegang saham. Di setiap organisasi juga membutuhkan keuangan atau keuangan karena untuk dapat memberikan fasilitas pelayanan, memenangkan pemilu, atau memadamkan api tentu membutuhkan uang. Meskipun organisasi-organisasi tersebut tidak berorientasi pada mencari keuntungan dalam hal membeli dan menjual produk, tetapi tetap saja membutuhkan dan untuk mencapai tujuan mulia mereka. Di sini dapat disimpulkan bahwa perspektif keuangan berlaku untuk setiap organisasi tidak memandang apakah entitas tersebut dibentuk dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau tidak.
2.         Perspektif Pelanggan
Pelanggan (customer) merupakan pihak yang secara aktual memberikan pendapatan penjualan kepada perusahaan. Pada konsep balanced scorecard, perspektif ini dianggap penting dan krusial bagi strategi perusahaan. Pelanggan yang menyukai bisnis yang dijalankan perusahaan dan senantiasa membeli produk perusahaan merupakan kunci bagi pendapatan penjualan dimasa depan. Karena asosiasi yang langsung antara pelanggan dan penjualan, maka sebagai konsekuensinya perusahaan hendaknya menjaga dan memperhatikan pelanggan sebagaimana perusahaan memperhatikan keuntungan mereka.


3.         Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan produk yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi customer dan para pemegang saham. Dalam perspektif ini, perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama, yaitu:
a.      Proses Inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi customer, proses inovasi merupakan salah satu proses yang penting. Efisiensi dan efektivitas serta ketetapan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai tambah (value added) bagi customer. Secara grafis besar proses inovasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan, (2) Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.
b.      Proses Operasi
Proses operasi yang dilakukan oleh tiap-tiap organisasi bisnis lebih menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu barang dan jasa yang diberikan kepada customer.
Untuk memilih ukuran kinerja dalam perspektif bisnis internal, manajer harus berpikir dan menyusun strategi tentang aspek-aspek operasi mereka yang paling penting bagi keberhasilan mereka. Sebagai contoh, sebuah restoran makanan cepat saji mungkin akan fokus pada seberapa cepat dapat membuat dan menjual produk makanan yang berbeda atau meminimalkan pembusukan.
4.         Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Setiap perusahaan atau organisasi mempunyai banyak hubungan dengan para stakeholder-nya seperti pemasok, pelanggan, dan kreditur. Hubungan tersebut tidaklah bersifat statis tetapi senantiasa dinamis atau berubah seiring dengan perubahan lingkungan eksternal. Oleh karena itu, kemampuan karyawan untuk belajar, tumbuh, mengantisipasi perubahan, dan bereaksi terhadap lingkungan eksternal benar-benar penting bagi keberhasilan perusahaan. Karyawan yang termotivasi dan terlatih mengetahui apa yang terjadi dan cara mengantisipasi perubahan tersebut.
Perspektif ini dalam Balnced Scorecard dinamakan dengan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Kaplan (1996) mengungkapkan betapa pentingnya organisasi bisnis untuk terus memperhatikan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan, dan meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian ukuran ketiga perspektif di atas dan tujuan perusahaan.
E.     Faktor Yang Memacu Perusahaan Mengimplementasikan Blanced Scorecard
Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam intangible assets seperti merk dan loyalitas pelanggan.
Untuk mengimplementasikan balanced scorecard dengan sukses diperlukan kepemimpinan dan komitmen dari manajemen puncak. Di Chipset, tim membuat balanced Scorecard (diketuai oleh wakil presiden rencana strategis) melalui wawancara dengan manajer senior bagian eksekutif mengenai pelanggan, pesaing dan pengembangan teknologi. Juga membuat proposal balanced scorecard dengan empat sudut pandang. Tim kemudian bertemu untuk mendiskusikan pendapat dan membuat daftar tujuan prioritas. Dalam pertemuan dengan seluruh manajer senior, tim harus mencapai kesepakatan pada tujuan balanced scorecard dan untuk menetapkan hubungan sebab akibat dari tujuan yang dipilih. Manajer senior dibagi menjadi empat kelompok dimana setiap kelompok bertanggung jawab untuk satu sudut pandang. Kemudian perwakilan dari level manajemen dibawahnya dan manajer kunci fungsional dimasukkan dalam tiap kelompok untuk memperluas input setiap kelompok mengidentifikasi tolak ukur untuk setiap tujuan dan sumber informasi untuk setiap tolak ukur.
Balanced yang artinya berimbang menjelaskan bahwa kinerja organisasi harus diukur dari sudut kinerja keuangan dan kinerja non-keuangan yang meliputi pelanggan, proses bisnis intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
1.      Kinerja keuangan
Kinerja keuangan ialah prestasi manajemen yang diukur dari sudut keuangan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Rumus nilai perusahaan:
a.       Laba operasi bersih dibagi biaya modal.
b.       Return on Investment harus lebih besar dari pada biaya modal.

Untuk mewujudkan kedua rumus tersebut, manajer dan karyawan harus bekerja secara efektif, efisien, dan produktif. Peningkatan nilai perusahaan tersebut adalah akibat kemampuan sumber daya manusia (kapital manusia) dalam mengoperasikan harta untuk memperoleh pendapatan dan dalam mengefesiensikan biaya untuk memperoleh pendapatan dan dalam mengefisiensikan biaya untuk memperoleh laba. Dengan demikian hakikatnya nilai perusahaan adalah hasil kerja sumber daya manusia yang bekerja efektif, efisien, dan produktif.
Kinerja keuangan yang lazim digunakan oleh perusahaan antara lain adalah analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas, pertumbuhan, dan analisis penilaian, kebangkrutan, dan analisis Du-Pont.

2.      Pelanggan
Memaksimumkan nilai pelanggan yaitu meningkatkan pelanggan percaya kepada produk atau jasa perusahaan menjadi setia dengan jalan perusahaan menyajikan produk berkualitas, harga terjangkau, distribusi cepat, dan layanan purna jual lebih baik melebihi dari pesaing. Intinya adalah kepuasan pelanggan. Ukuran kinerja yang digunakan adalah kenaikan pendapatan pelanggan lama dan bertambahnya pelanggan baru. Tindakan ini akan menghasilkan ekuitas perusahaan (firm equity).
Cara untuk mengetahui kepuasan pelanggan adalah melalui riset partisipasi aktif melihat perilaku pelanggan, wawancara, dan survei dengan menggunakan kuesioner. Cara riset observasi dan wawancara bertujuan untuk mendapatkan makna, dan cara survei bertujuan untuk mendapatkan makna, dan cara survei bertujuan untuk mencari hubungan sebab dan akibat yang diukur dengan menggunakan statistik. Kepuasan pelanggan dapat diukur dengan harga, kecepatan distribusi, kualitas, pelayanan purna jual dan lain-lain.

3.       Proses bisnis intern
      Mengoptimalkan penggunaan harta perusahaan dalam menciptakan produk atau jasa dan menemukan metode kerja baru yang efektif dan efisien. Faktor sumber daya manusia menjadi lokomotif untuk menggerakkkan peralatan perusahaan dengan metode kerja yang efektif dan efisien. Hubungan kemampuan sumber daya manusia, peralatan, dan metode kerja merupakan kapital organisasi (organizational capital). Intinya adalah efektivitas dan efesiensi. Alat ukurnya adalah produktivitas mesin, produktivitas tenaga kerja manusia, dan efisiensi biaya.
      Cara untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses bisnis internal adalah melalui riset partisipasi aktif melihat perilaku pelanggan, wawancara, dan survei dengan menggunakan kuesioner. Cara riset observasi dan wawancara bertujuan untuk mencari hubungan sebab dan akibat yang diukur dengan menggunakan statistik. Proses bisnis internal dapat diukur dengan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas, biaya mutu dan lain-lain.

4.      Pembelajaran dan pertumbuhan
Memaksimumkan kemampuan, motivasi, produktivitas, dan loyalitas sumber daya manusia untuk meningkatkan laba dan nilai perusahaan. Potensi sumber daya manusia ini disebut kapital manusia (human capital). Sumber daya manusia harus ditingkatkan kemampuannya melalui pendidikan dan latihan serta ditingkatkan kesejahteraannya melalui imbalan layak yang dapat memenuhi kebutuhan makan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Intinya adalah kepuasan karyawan (employess satisfaction). Alat ukurnya adalah pendapat karyawan dan tingkat kepuasan karyawan.
Cara untuk mengetahui pembelajaran dan pertumbuhan adalah melalui riset partisipasi aktif melihat perilaku pelanggan, wawancara, dan survei dengan menggunakan kuesioner. Cara riset observasi dan wawancara bertujuan untuk mendapatkan makna, dan cara survei bertujuan untuk mencari hubungan sebab dan akibat yang diukur dengan menggunakan statistik. Pembelajaran dan pertumbuhan dapat diukur dengan partisipasi dalam pendidikan dan latihan, inovasi karyawan, imbalan, penghahrgaan, motivasi, kemampuan adaptasi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

F.     Perubahan Lingkungan Bisnis Menuntut Perubahan Tipe Perancanaan Yang Digunakan Oleh Organisasi
Dunia bisnis adalah kegiatan yang terus menerus berubah dan berkembang. Hal itu disebabkan karena ciri khususnya adalah persaingan. Persaingan melahirkan inovasi teknologi alat produksi, alat pemasaran, alat keuangan, dan alat pengukuran kinerja. Perubahan, perkembangan, dan inovasi itu merupakan proses pembelajaran bagi manajemen untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan, laba, dan nilai perusahaan.
Sektor publik merupakan sektor yang didirikan dengan tujuan memberikan layanan kepada masyarakat bukan untuk mendapatkan keuntungan (profit). Meskipun sektor publik bukan bertujuan mencapai profit, sektor publik dapat mengukur efektivitas dan efisiennya dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Untuk itu sektor publik dapat menggunakan Balanced scorecard dalam pengukuran kinerjanya.                        Untuk dapat memenuhi kebutuhan sektor publik yang berbeda dengan sektor bisnis, maka sebelum digunakan ada beberapa perubahan yang terjadi antara lain:
1.         Perubahan framework dimana yang menjadi driver dalam Balanced Scorecard untuk sektor publik adalah misi untuk melayani masyarakat.
2.         Perubahan posisi antara perspektif keuangan dengan perspektif pelanggan.
3.         Perspektif customer diganti dengan perspektif customer dan stakeholder.
4.         Perubahan perspektif learning and growth menjadi perspektif Employees and Organization Capacity.

Bagaimanapun juga, penerapan Balanced Scorecard organisasi pemerintah memerlukan beberapa penyesuaian, karena:
1.         Fokus utama sektor publik adalah masyarakat (publik) dan kelompok-kelompok tertentu (interest group), sedangkan fokus utama sektor bisnis adalah pelanggan dan pemegang saham.
2.         Tujuan utama organisasi publik adalah bukan maksimalisasi hasil-hasil financial (anggaran) melalui pelayanan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) sesuai dengan visi dan misi organisasi pemerintah.
3.      Mendefenisikan ukuran dan target dalam perspektif custumer/ stakeholder membutuhkan pandangan dan kepeduliaan yang tinggi, sebagai konsekuensi dari peran kepengurusan organisasi pemerintah dan membutuhkan definisi yang jelas serta hasil yang diinginkan. Misalnya, penentuan siapa yang menjadi stakeholder pemeliharaan sumber daya kelautan (perikanan) dan lain-lain, tujuan strategis, ukuran kinerja, target kinerja dan program tindakan yang membutuhkan definisi yang jelas.

Yang menjadi fokus utama dalam sektor publik adalah misi organisasi, secara umum misi suatu organisasi adalah melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari misi tersebut diformulasikan strategi-strategi yang akan dilakukan untuk pencapaian misi tersebut.
Strategi tersebut kemudian diterjemahkan kedalam 4 perspektif , yaitu:
1.      Perspektif customer and stakeholder
2.      Perspektif financial
3.      Perspektif internal business procces
4.      Perspektif employees and organization capacity.

G.    Konsep Manajemen Strategik
Konsep manajemen strategic merupakan rangkaian dua kata yang terdiri dari kata “manajemen”dan “strategi”, dimana masing-masing kata tersebut memiliki pengertian tersendiri, dan setelah dirangkaikan menjadi satu pemahaman secara terminology. Menurut Muniarti (2008:74) dalam Nurmasyitah mengatakan bahwa manajemen strategic merupakan kegiatan yang harus diselesaikan oleh manajemen puncak bersama personil secara terus menerus, dan merupakan siklus yang mampu melahirkan keputusan untuk memenuhi relevansi kebutuhan organisasi dengan kebutuhan lingkungan (Nurmasyitah, Vol. 3, No.2, 2015).
Manajemen strategic merupakan manajemen yang berkaitan dengan upaya memutuskan persoalan strategi, perencanaan, dan bagaimana strategi tersebut dapat dilaksanakan dalam wujud implementatif. Menurut Wheelen dan Hunger, konsep-konsep manajemen strategic sebagai berikut:
1.      Manajemen strategic merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi, serta evaluasi dan pengendalian.
2.      Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi kesempatan (opportunity), dan ancaman (threat) lingkungan dipandang dari sudut kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness).
3.      Keputusan strategis berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka panjang untuk organisasi secara keseluruhan dan memiliki tiga karakteristik umum, yaitu rate, consequential, dan directive.
4.      Manajemen strategis pada banyak organisasi cenderung dikembangkan dalam empat tahap, mulai dari perencanaan keuangan dasar keperencanaan berbasis peramalan yang disebut perencanaan strategis menuju manajemen strategis yang berkembang sepenuhnya, termasuk implementasi, evaluasi, dan pengalaman.
5.      Organisasi yang menggunakan manajemen strategis cenderung memiliki kinerja lebih baik.
6.      Model manajemen strategis mulai dari pengamatan lingkungan keperumusan strategi, termasuk penetapan visi misi, tujuan, strategi, dan kebijakan menuju implementasi strategi, untuk pengembangan program, anggaran, dan prosedur yang berakhir dengan evaluasi, dan pengendalian.
Sedikitnya terdapat tiga langkah utama pendekatan strategis dalam kontek manajemen, meliputi: perencanaan strategi, manajemen strategi, sumber-sumber yang diperlukan, dan struktur organisasi. Strategi palnning merujuk pada adanya keterkaitan kekeuatan internal dengan hubungan unsure analisis kebutuhan, proyeksi, peramalan, pertimbangan ekonomis dan financial, serta analisis terhada perencanaan tindakan yang lebih rinci. Menurut Rowe, kerangka kerja manajemen strategi terdiri atas empat komponen utama yaitu: strategic planning, organizational structure, strategic control, dan resource management(Masudah, Vol. 7 No. 1, 2016).
H.    Beda Manajemen Strategik dalam Manajemen Tradisional dengan Manajemen Strategik dalam Manajemen Kontemporer
Dalam Devani Pengukuran kinerja yang hanya mendasarkan pada ukuran non finasial menujukan hubungan tidak signifikan terhadap peningkatan kinerja Sistem pengukuran kinerja pada aspek keuangan memang umum dilakukan, ada beberapa kelebihan dan kelemahan dalam sistem pengukuran tradisional yang menitikberatkan pada aspek keuangan saja. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan. Pengukuran kinerja dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar penyusunan imbalan dalam perusahaan. Selama ini, pengukuran kinerja hanya menitikberatkan pada sisi keuangan.
Berimbang (Balance)  yang dimaksudkan menurut Sonoto  adalah menilai kinerja personil melalui dua aspek : yakni aspek keuagan dan aspek non keuangan, pada jangka waktu pendek dan jangka waktu panjang, serta lingkungan intern dan ekstern. Karena itu jika kartu skor personil digunakan untuk merencanakan di masa depan, personil tersebut harus memperhitungkan keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan non-keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta antara kinerja  bersifat internal dan kinerja eksternal (fokus komprehensif). BSC menerjemahkan visi dan strategi perusahaan ke dalam tujuan konkrit pada empat persepektif yang berbeda, yakni : Perspektif Finansial, Perspektif Pelanggan, Perspektif proses internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Prinsip dasar BSC adalah memfokuskan pada pelanggan, proses internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan sekarang, perusahaan akan mengamankan posisi finansial masa depannya. Mengenali keseimbangan antara pengukuran jangka pendek dan menengah ini penting bagi perusahaan yang ingin cenderung menginginkan kesuksesan finansial jangka pendek yang sering kali juga diinginkan oleh para pemegang saham. Sonoto, John F. 2014. Balance Sorecard (BSC)  Tool Strategi Pengukuran Masa Depan. Vol. 3 No. 1
I.       Balanced Scorecard Sebagai Inti Sistem Manajemen Strategik
Manajemen strategi adalah suatu proses yang digunakan oleh manajemen dan karyawan untuk merumuskan serta mengimplementasikan strategi dalam penyediaan customer value terbaik untuk mewujudkan visi organisasi. Dengan kata lain, manajemen strategi merupakan suatu upaya manajemen dan karyawan untuk membangun masa depan organisasi. Sedangkan strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi.
Dalam upaya untuk mencapai tujuan oragnisasi, terdapat begitu banyak hal dan persoalan yang harus dikerjakan dengan serius oleh manajemen perusahaan. Balanced Scorecard membantu organisasi untuk menghadapi dua masalah fundamental, yaitu:
1.         Mengimplementasikan strategi dengan sukses.
2.         Mengukur kinerja organisasi secara efektif.

Perusahaan menggunakan fokus pengukuran Scorecard demi menghasilkan berbagai proses manajemen penting:
1.         Memperjelas dan menerjemahkan visi serta strategi
2.         Mengkomunikasikan dan mengkaitkan berbagai tujuan serta ukuran strategis
3.         Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis
4.      Meningkatkan umpan balik dan pembelanjaan strategis.











BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Balanced scorecard terdiri dari dua kata balanced artinya berimbang dan scorecard artinya kartu skor pekerjaan atau kartu prestasi kerja orang atau organisasi.
Dalam menilai kinerja suatu perusahaan, ukuran-ukuran keuangan saja dinilai kurang mewakili. Hal ini disebabkan karena ukuran-ukuran keuangan memiliki beberapa kelemahan yaitu: Pendekatan finansial bersifat historis sehingga hanya mampu memberikan indikator dari kinerja manajemen dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan kearah yang lebih baik. Pengukuran lebih berorientasi kepada manajemen strategis. Tidak mampu mempresentasikan kinerja intangibel assets yang merupakan bagian struktur aset perusahaan.
Balanced scorecard dapat digunakan sebagai alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang lebih komprehensif dan tidak hanya bertumpu pada pengukuran atas dasar perspektif keuangan saja. Hal ini terbukti dengan adanya manfaat-manfaat yang dirasakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerapkannya.

B.     SARAN
Terima kasih kepada pembaca yang telah membaca makalah ini semoga makalah ini dapat menggugah semangat belajar dan rasa ingin tahu mengenai konsep tentang BSC.







DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, D. W. (2009). Membangun dan Implementasi Balanced Scorecard Pada     Sektor Publik. Jurnal Ilmiah UNIKOM, Vol.9, No.1 , 3-10.
                                
Garrison, R. H. (2007). Akuntansi Manajemen, Edisi 11 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Gunawan, B. (2011). Balanced Scorecard: Perspektif Baru Dalam Menilai Kinerja Organisasi. Jurnal Akuntansi & Investasi Vol.1 No. 1 , 41-51.
Sonoto, John F. 2014. Balance Sorecard (BSC)  Tool Strategi Pengukuran Masa Depan. Vol. 3 No. 1
Devani, Vera dan Ade Setiawarnan. 2015. Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan menggunakan Metoda Balance Scorecard. Vol. 13 No. 1
Firdaus, Doni Waluya. 2014. Membangun dan Implementasi Balance Scorecard pada Sektor Publik. Vol. 9 No. 1
Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan & Pengendalian Manajemen (Edisi 3). Salemba Empat. Jakarta.
Prawironegoro, Darsono. 2005. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Diadit Media
Nurmayshitah, dkk. 2015. Implementasi Manajemen Strategik dalam meningktakan kinerja. Vol. 3 No. 2
 

Komentar

Postingan Populer